Selasa, 30 Desember 2014

Saksi Hujan


Inilah hujan yang turun makin menderas malam itu. Rasanya, was-was dan harapan saling beradu. Antara kalian yang basah kuyup dan berkali-kali meneduh, juga aku yang di pelataran tak henti-hentinya mengirim do'a.

Kau tau bahwa...
Malam itu tentu menjadi cerita yang dipersaksikan hujan. Aku hanya mengharapkan barakah pun turun sederas hujan yang mengucur dari langit. Seperti do'a-do'a kita saat itu dan saat-saat sebelumnya: allahumma shayyiban naafi'an.

#RintikHujan-13 By Dey Iftinan


Hujan-hujanan dan kedinginan dalam mobil sampe otot terasa beku itu, keren...
Malam yang tak terlupakan!
InsyaAllah

Jumat, 26 Desember 2014

Ada niat dalam hati untuk beranjak pergi darimu, namun aku terlanjur mencintaimu.
Aku terlanjur mencintaimu! Tak bisa pergi begitu saja dari mu. Menghilang seperti hantu yang tak dapat kau lihat. Tapi di saat itu, aku masih bisa melihatmu. Setidaknya keberadaanku tak bisa kau temukan.

Sahabat; Kita yang Terus Saling Berpapasan

Mungkin istilah yang bisa aku gunakan adalah bukan "Kehilangan sahabat". Tapi kita hanya "berbeda prinsip" yang membuat kita berada di ujung jalan yang berbeda. Entah aku juga tak mengerti, apakah kita sedang berjalan menuju arah yang sama atau tidak. Hanya saja, aku selalu merasa kita hanya terus saling berpapasan. Seperti tidak sedang berjalan menuju arah yang sama.
Pada hakikatnya, bagiku kamu tetap sahabatku. Sampai kapanpun! Seperti orang yang berjalan berpapasan. Ada pada suatu titik kita memiliki persamaan yang membuat kita saling berpapasan. Dan itu cukup bagiku untuk tetap menyebutmu sahabat. Meski ada banyak titik pada suatu waktu yang membuat kita bahkan tak saling bertemu. Kita bersebrangan. Mungkin memang salahku yang kurang baik dalam menyampaikan cintaku. Apalagi sifatku yang seperti batu karang. Keras dan terlalu angkuh. Maafkan aku yang memiliki sifat itu.
Pada akhirnya aku hanya tinggal memiliki sebuah harap. Ada masa pada suatu kisah dimana kita akhirnya bisa menuju tujuan yang sama. Bisa berjalan berjajar bersama, karena kita sedang menuju arah, tujuan yang sama. Inilah harapku kepadamu sahabat. Meski aku tak ingin mengatakan kehilangan. Tapi sungguh, itulah yang aku rasakan. Kehilangan!

Rabu, 24 Desember 2014

Rasa Bersalah

Pernah memiliki rasa bersalah? Rasanya seperti sedang menggenggam duri-duri tajam di telapak tangan. Ada rasa sakit yang tersimpan mana kala terjadi perjumpaan. Setiap kali tersebut sebuah nama, memori seolah seperti kaset yang sedang memutar kembali perasaan bersalah itu. Sesuatu yang membuat rasa bersalah ini seperti tak pernah hilang. Ada luka gores yang bekasnya tak bisa begitu saja memudar.
Mungkin bagimu ini hanya hal sederhana yang bisa begitu saja kamu lupakan. Tapi bagiku ini adalah rasa sakit. Kebodohankulah yang akhirnya menciptakan perasaan bersalah itu.

Minggu, 21 Desember 2014

Filosofi Kereta Api; Sebuah Perjalanan


Jadi teringat sebuah perjalanan semalaman penuh menggunakan kereta api menuju Bandung, Jawa Barat tahun 2010 lalu. Aku yang saat itu adalah angkatan termuda di kampus, melakukan perjalanan menggunakan kereta api dalam sebuah tugas. Tapi sayang dalam perjalanan itu aku menghabiskannya hampir penuh dengan berdiri, karena aku naik kelas ekonomi. Tak tangung-tanggung, aku harus berdiri dari Jogja sampai di Tasik. Lumayan bukan? Pertama kalinya aku naik kereta api dan menjadi pengalaman yang masih aku ingat sampai hari ini. Bersama kakak-kakak tercinta satu jurusan menuju Bandung untuk menghadiri agenda Himpunan Mahasiswa jurusan kami. Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mengenai agenda Himpunan Mahasiswa jurusan kami. Aku akan sedikit membagi catatan sederhana ini, mengenai filosofi kereta api yang aku dapatkan dari seorang kakak angkatan di fakultas dulu.
"Seperti sebuah kereta api yang sedang melakukan perjalanan panjang. Saat tiba di sebuah stasiun, maka disana akan ada penumpang yang turun, juga ada penumpag yang naik. Namun ada juga penumpang yang masih melanjutkan perjalanan menuju stasiun berikutnya, dan begitulah seterusnya. Itulah kita yang sedang melakukan perjalanan panjang menggunakan sebuah kereta api."
Entah beliau sedang membicarakan apa, saat itu aku belum begitu mengerti tentang filosofi kereta api yang sedang beliau bicarakan. Beberapa waktu berselang, tepat saat momentum akhir kepengurusan sebuah lembaga Rohis Fakultas, UKMF Jm Al-Ishlah, aku mulai mengerti tentang filosofi kereta api. "Inilah stasiun pemberhentian baginya," kataku. Beliau dan kakak-kakakku yang lain telah sampai di stasiun pemberhentian. Mereka turun satu demi satu dengan menyampaikan pertanggung jawaban masing-masing. Di saat itu, aku dan beberapa temanku harus melanjutkan perjalanan. Dan di saat yang sama, bergantilah penumpang kereta bernama UKMF Jm Al-Ishlah yang kami naiki. Sebuah pergantian kepengurusan lembaga yang menjadi agenda tahunan. Ada yang harus turun tahta, tetapi juga ada yang harus naik, dan ada yang harus bertahan sampai tiba di stasiun pemberhentian selanjutnya.
Aku adalah salah satu penumpang yang harus bertahan di kereta Al-Ishlah bersama teman-temanku yang lain. Masing-masing kami harus duduk di kursi dan gerbong yang telah disediakan. Kali ini aku tidak hanya menjadi penumpang biasa, melainkan aku harus menjadi pemandu sebuah gerbong yang disebut departemen.
Filosofi kereta api ini tidak hanya tentang kereta Al-Ishlah, namun juga tentang kereta lembaga lainnya. Dalam momentum ini aku menjadi berfikir tentang sebuah warisan. Bukan warisan sejumlah uang atau mobil mewah, tapi tentang warisan bekal ilmu untukku mengarungi perjalanan di jalur rel periode kepengurusan. Aku juga harus memikirkan bekal-bekal yang akan aku wariskan kepada generasi yang akan melanjutkanku nanti. Sayang jika dalam perjalanan nanti aku hanya menunjukkan pemandangan-pemandangan indah kepada penumpang yang ada dalam gerbongku. Sedangkan dalam perjalanan nanti, kita juga akan menjumpai beberapa terowongan gelap yang membuat mata ini hanya akan melihat kegelapan di sepanjang terowongan. Jika tak sabar, perjalanan hanya akan menjadi sekedar perjalanan. Hanya lelah yang didapat. Sedangkan banyak hal menarik dalam perjalanan tak dapat dinikmati.
Seperti pengalaman pertamaku menaiki kereta api yang telah aku ceritakan di awal. Aku harus bersabar berdiri dalam perjalanan menuju Bandung. Aku juga harus tetap bersyukur karena tidak duduk sepanjang perjalanan sampai di Bandung. Aduuuuuhhhhhhh...!!! Mantapnyaaa...!! Namun tetap menarik bagiku. Lika-liku dalam perjalanan inilah yang akan memberikan pelajaran berharga untuk para penumpang kereta sebuah lembaga. Lebih-lebih kadang kala kami harus berbagi jalan dengan pedagang asongan yang lalu lalang sepanjang perjalanan. Ada pedagang nasi uduk, serba-serbi minuman, atau kacang godog. Semua ada deh, kecuali pedagang bakso atau mie ayam plus gerobagnya. Hehehe... Yang membuat semakin menarik adalah mereka berjualan lalu lalang berteriak dengan nada yang khas. Bikin perjalanan tambah seru kan? Sebagai perokok pasif, aku juga sering kali merasa tersiksa jika ada para perokok aktif mulai menyalakan sumbunya. Tapi mau bagaimana lagi. Inilah kenikmatan menggunakan kereta api yang tentu inilah kendaraan rakyat macam kami ini.
Dalam momentum akhir tahun ini, aku sengaja sedang merefleksi satu periode perjalanan kereta api yang telah aku tempuh ini. Sementara kereta api sudah hampir sampai di stasiun pemberhentian. Mungkin aku akan turun disana dan bersiap melakukan perjalanan dengan gerbong yang lain. Tak ada kata istirahat! Ada banyak pertanyaan yang terlontar sepanjang momen akhir perjalanan ini. Sudahkah aku melaksanakan tugasku dengan baik? Sudahkah aku banyak mengambil hikmah dan pelajaran dari perjalanan ini? Dan sudahkah aku menyiapkan seorang penerus yang tangguh dan lebih baik dariku, yang akan menggantikanku nanti? Rasa-rasanya aku harus memastikan ini semua. Tak ada kata lalai menjelang akhir. Banyak hal yang harus ditunaikan, agar tak mendzolimi para penumpang yang lain. Setidaknya ada dua ucapan yang ingin aku sampaikan. Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih atas kebersamaan di sepanjang perjalanan kereta yang telah kita tempuh. Dan kedua, aku sampaikan minta maaf atas tutur dan lakuku yang tak baik. Filosofi kereta api. Ada yang harus turun, ada juga yang harus naik, namun ada yang harus bertahan dan melanjutkan perjalanan. Saatnya bagimu melanjutkan perjalanan.

Selasa, 16 Desember 2014

Kado dari Allah

Kadang kita memang harus susah payah untuk mencapai harapan kita. Dan kadang kita juga bisa dengan mudah mencapai harapan kita. Dua kemungkinan ini telah memberikan gambaran tentang sebuah makna keadilan. Bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Mungkin Allah menilai pundak kita tak sanggup membawa beban seberat harapan itu. Sehingga Allah memberikan sebuah beban lain yang sesuai ke pundak kita. Meski kita yakin bahwa pundak kita pasti mampu memikul setiap harapan itu. Sehingga pada suatu masa kita akan mempertanyakan tentang siakp-Nya yang pilih kasih itu.
Tapi yakinlah akan satu hal. Bahwa terkadang kita tak memerlukan sebuah jawaban langsung dari setiap pertanyaan kita itu. Kadang jawaban itu akan datang tanpa kita tunggu-tunggu. Jawaban itu sudah Allah siapkan di masa depan. Kesabaran adalah kunci dari jawaban atas pertanyaan tentang keadilan-Nya. Jawaban yang kita nanti itulah yang akan menjadi ujian dari kesabaran kita. Meski pada masa di depan nanti jawaban itu tak kunjung datang. Tapi yakinlah bahwa Allah tak pernah salah memilih pundak.
Dan lihatlah sekarang. Banyak harapan di masa lalu yang tak semua kita capai. Tapi dengan begitulah kita berada disini saat ini. Bersama-sama berdiri menjalankan setiap keputusan-Nya. Merasakan cinta yang sama di perjalanan yang kita lalui. Allah merahasiakan jawaban itu untuk menguji kita. Agar kita berprasangka baik terhadap takdir-Nya. Agar kita merencanakan dengan baik setiap harapan kita. Berusaha dengan baik untuk mencapai harapan kita. Bersyukur dan bersabar bahwa segala keputusan Allah terhadap kita adalah yang terbaik. Bukankah ini akan menjadikan setiap episode hidup kita lebih romantis? Karena akan ada banyak kado yang Allah berikan pada kita. Dan mungkin kado itu saat ini sudah ada di hadapan kita.


Senin, 08 Desember 2014

Nasihat Bijak

Begitulah Allah, memberikan perasaan yang sama, tapi tidak dalam waktu yang sama. Aku dan dia, pernah merasakan, kau pun sekarang merasakannya.
Agar saat salah satu dari kita patah sayap sebelah, maka yang lainnya menguatkan kita, menggantikan posisi terbang kita. Atau saat terjatuh, maka yang lain membantu kita untk segera bangkit. Atau saat diberi kesempatan merasakan benci, yang lain tetap sibuk memberikan cinta untuk kita.
Hei, senja sebentar lagi habis. Kau sudah berdoa agar segera disiram hatimu yang kekeringan itu?
‪#‎D


Nikmatnya ukhuwah. Selalu ada nasihat disaat lelah.

Sabtu, 06 Desember 2014

Dunia Hujan

Selamat datang di duniaku. Dunia yang sejauh mata memandang hanya akan melihat rintik hujan. Tak akan kamu temukan mentari pagi. Kamu juga takkan melihat rembulan dan bintang-bintang saat malam menjelang. Di duniaku ini kamu hanya akan menemukan payung penuh warna-warna cantik. Duniaku adalah dunia rintik hujan yang akan terjadi sepanjang waktu. Kamu tak perlu khawatir akan kesepian. Karena hujan turun sepanjang waktu. Kamu akan ditemani oleh hujan.
Maaf, di duniaku kamu takkan menemukan pelangi yang penuh warna-warna cantik. Di duniaku ini kamu hanya akan menemukan warna-warna payung hujan. Karena hujan akan terjadi sepanjang waktu. Baik hujan rintik, hujan sedang, bahkan hujan deras berhiaskan petir yang menyambar-nyambar. Sehingga kamu membutuhkan payung. Dan tentunya di duniaku ini amatlah dingin. Kamu perlu menggunakan jas hujan tebal.
Hidup di duniaku hanya akan melakukan dua hal. Bermain hujan penuh keriangan atau hanya duduk menyendiri di balik jendela kamar. Menggambar orang-orangan menggunakan payung dan jas hujan sambil bergandengan tangan. Kamu juga bisa menggambar lukisan jendela berupa rintik-rintik hujan. Hanya itu yang bisa kamu gambar di duniaku. Karena dari balik jendela kamu hanya akan melihat hujan, orang kehujanan, dan payung-payung hujan. Hanya itu saja. Dan inilah duniaku. Dunia hujan!


Rabu, 03 Desember 2014

Bolehkah aku istirahat sejenak?


Sempat terbesit pikiran picik untuk sejenak menghentikan langkah kaki saat perjalanan baru seperempat jalan. Bukan tanpa sebab tentunya. Ada sesuatu dalam hati yang mungkin saat diperbesar menggunakan microscope, akan terlihat sesuatu itu, sebuah titik hitam pekat. Meski tak sebesar rasa tanggung jawab yang harus aku tunaikan, tapi titik hitam itu amat kuat mendesak hati agar menghentikan langkahan kaki ini.
"Jahat!" Ujarku kepada diri sendiri. Amat jahat jika aku berhenti disini, sedangkan rekan-rekanku yang juga merasakan perasaan ini, mereka masih kokoh bertahan. Lalu dialog dalam hatipun terjadi. "Kamu tahu? Aku hanya merasa tak layak untuk bertahan disini. Sesuatu yang bahkan aku sebenarnya tak mengerti. Ini bukanlah passionku. Dan aku, mungkin tak akan bisa bertahan lama di kota ini." Tapi satu sisi aku merasakan tanggung jawab besar yang harus aku tunaikan. Meski itu berat dan harus menangis keras saat malam. "Tidakkah kamu melihat, hal yang sama dialami oleh rekan-rekanmu?" Aku bertanya kepada diri sendiri. Mereka adalah rekan-rekanku, sahabatku yang juga merasakan hal yang sama.
Amanah bagiku adalah cobaan paling berat yang pernah aku alami. Seperti sedang memikul beban berat di pundak. Apalagi aku sebenarnya tak pernah merasa ini adalah sebuah passion, yang membuatku akan melakukan segalanya untuk dapat menunaikannya. Aku tak pernah ada disini sebelumnya. Tapi titik hitam pekat di hatiku ini, lama-lama mulai memudar. Hari-hari berlalu, minggu berganti minggu. Ternyata aku masih bertahan disini. Melangkah tanpa ragu bersama rekan-rekanku yang aku anggap mereka adalah adik-adikku. Sampai akhirnya aku sudah mulai melihat sebuah puncak. Rasanya seperti melihat oase di padang pasir. Rasa dahaga yang mencekik tenggorokan, tiba-tiba basah. Tiba-tiba rasa dahaga itu hilang. Meski aku belum sampai di puncak itu.
Ada banyak hikmah yang kemudian menjadi jalan tarbiyah untukku. Beban pundak yang selama ini berada di pundak telah memberikan banyak sekali pelajaran berharga. Banyak sekali warna yang telah menjadi lukisan indah di kanvas hati ini. Lukisan yang akan aku tempatkan di museum kenangan terbaik di hati ini. Terutama adik-adik yang selama ini bersama ada di sampingku. Mereka mengajarkanku tentang kesigapan, kesetiaan, kematangan berfikir. Mereka juga mengajarkanku tentang cinta yang kadang di sela-sela waktu, wajahku harus menjadi merah padam. Tapi kadang sebuah senyum jadi terkembang saat adik-adikku bercanda tanpa sekat. Kalian turut menjagaku, membantuku sedikit demi sedikit memudarkan titik hitam di hati ini. Terima kasih!
Seperti yang pernah Rasulullah sampaikan kepada Khadijah saat pertama kali menerima wahyu untuk mendakwahkan risalah Islam ini. "Sesungguhnya tidak ada istirahat setelah hari ini." Dan sejak saat aku menerima jalan ini. "Ya... tidak ada istirahat setelah hari ini." Seperti sebuah nasihat, "Ar rahah lir rajuli ghaflah. | Istirahat bagi seorang pemuda adalah kelalaian." Beban di pundak ini adalah bagian tarbiyah dari Allah. Dia adalah salah satu jalan Allah untuk menjagaku agar istiqomah berada di jalanNya. Yang bahkan Allah gambarkan amat berat bagi orang-orang yang lalai. Padahal adik-adik di Haska JMF sudah mengingatkan aku dengan jargonnya, "Laa Rohah lil mukmin illaa fil jannah. | Tiada istirahat bagi seorang muslim kecuali di surga"
Mengawali jalan ini dengan rasa-rasa takut. Kini akhirnya dalam perjalanan ini terlukislah banyak lukisan cinta yang akan terkenang. "Jalan hanya tinggal beberapa meter saja. Puncak sudah terlihat. Ayooooo semangat...!!!" Teriakku kencang. Selamat datang di puncak, dan selamat melanjutkan di perjalanan selanjutnya.
Dan akhirnya aku tutup dengan sebuah pesan cinta dari Allah, "Maka apabila kamu telah selesai (dalam suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap." (QS. Al-Insyirah: 7-8)

#Ra

Senin, 01 Desember 2014

Kisah Hujan


Lagi-lagi tentang hujan. Dan dalam hujan, selalu ada warna yang ingin aku kisahkan. Kali ini aku ingin berkisah tentang jingga. Kamu tahu? Sore ini tak ada jingga. Meski tak ada jingga, hujan telah berkisah dari sejak malam tadi sampai sore ini.
Malam tadi, 29 November. Aku menikmati malam di Jalan Malioboro. Bukan tanpa alasan aku ada di sana saat itu. Aku baru saja dari Rumah Sakit. Ada kisah cinta malam itu. Laskar 9 akan segera punya ponakan baru. Lebih tepatnya saudara kami akan memiliki seorang bayi. Sudah sejak sore hari dia di Rumah Sakit. Tapi malam itu aku memutuskan untuk pulang dari Rumah Sakit. Dengan jalan kaki!
Langkah demi langkah aku tapaki sepanjang Jalan Malioboro. Dalam perjalanan pulang itu aku menemukan banyak kisah di pinggir jalan. Para seniman malam. Mengisi kekosongan dinginnya malam yang diguyur hujan tadi. Dan malam itu akhirnya aku tutup dengan guyuran hujan lebat. Basah semua, dingin tapi aku menikmatinya. Akhirnya aku bisa menikmati malam di Jogja lebih lama dari biasanya, dengan guyuran hujan lebat.
Kisah hujan berlanjut, 30 November. Hari ini, hujan! Berkisah seorang lelaki paruh baya padaku siang tadi. Lagi-lagi tentang kisah hujan. Hujan turun dari sore sampai pagi. Dan siang hujan rintik kecil sampai sore lalu hujan lagi. Padahal hari ini adalah hari istimewa bagi kakak perempuanku. Lebih tepatnya kakak tingkat satu jurusan denganku di kampus. Dia menikah hari ini. Oya dia juga adalah kakak perempuan (kali ini kandung) dari saudaraku di Laskar 9. Romantis bukan? Ada cinta di barisan perjalanan pagi sampai sore ini. Tunggu saja warna yang akan aku kisahkan dalam barisan tulisan selanjutnya.
November dipenuhi kisah hujan. Kisah hujan yang berlanjut sampai akhir November malam ini.
Hujan juga telah mengisahkan hadirnya jas hujan yang dipakai saudariku di Laskar 9. Model terbaru kata temanku. Jas hujan itu berwarna biru. Nampaknya warna kesukaannya. Lalu aku berujar pada teman lamaku itu. "Seperti kamu telah lama hidup di hutan." Teman yang sudah sangat lama tak bercengkrama, saling ejek khas kami dulu. Adikku meledek kepada kami. Kalian itu sedang sama-sama rindu. Mungkin saja kataku dalam hati. Nyatanya itu adalah pertemuan yang cukup panjang di antara kami setelah dua tahun terakhir kami tak ada komunikasi.
Sore di November ini. Tibalah sebuah pesan singkat dari seseorang yang sejak kemarin (29 November) ada di Rumah Sakit menemani istrinya tercinta. Boy, belikan aku madu untuk istriku. Istriku melahirkan. Sangat singkat dan sangat mengejutkanku. Tapi aku benar-benar bahagia. Aku punya "ponakan" baru. Laskar 9 punya ponakan baru. Akhirnya, lengkaplah kisah tentang hujan di November ini. Kisah hujan tanpa warna jingga di akhir November ini.

#Ra

Minggu, 30 November 2014

Mendengar; Berbagi Pundak

Mendengar adalah salah satu hal tersulit yang bisa aku lakukan. Aku bukan orang yang pandai mendengar. Aku sadar akan hal ini. Aku orang yang terlalu banyak bicara. Seperti halnya malam ini. Aku lebih banyak bicara daripada mendengar. Dan sahabatku di ujung telepon sana dengan setia mendengrakan keluh kesahku.
"Aku sedang sedih" Aku memulai percakapan melalui sebuah SMS.
"Sedih kenapa?" Tanyanya membalas.
Jawabku, "Tentang posisiku saat ini"
Lalu aku mulai meneleponnya dengan cepat. Aku sampaikan beberapa hal yang aku rasakan. Terima kasih sahabatku. Seorang sahabat yang sangat pandai mendengar. Suatu hal yang amat sulit dilakukan oleh banyak orang. Dan dia adalah salah satu orang terbaik yang mampu mendengarku. Tentunya tidak hanya aku. Banyak sahabat lain yang juga dia tampung keluh kesahnya.
Mendengar adalah seperti sedang berbagi pundak kepada orang lain. Beban berat yang dipikul sendiri akan menjadi ringan saat beban itu dibagi. Dia yang pandai mendengar berarti telah membiarkan pundaknya turut memikul beban yang orang lain pikul. Malam ini aku sedang membagi beban di pundakku ini dengannya. Tapi bagaimana denganku? Aku seperti tak pernah bisa belajar dengan arti kata MENDENGAR. Padahal sudah amat sering aku membagi beban berat di pundakku ini dengan orang lain. Aku merasa menjadi amat egois. Seperti hidup hanya berkisah tentang AKU.
Terima kasih untuk mu sahabatku yang telah mau menjadi pendengar yang baik. Rasanya terlalu sedikit kata terima kasih yang aku sampaikan padamu. Aku berdo'a semoga Allah memberikanmu kelapangan. Merahmati setiap langkahan kakimu. Aku juga ingin menjadi pendengar yang baik, tak hanya bercerita saja. Menjadi pendongeng yang bercerita tentang AKU.

Malam di Malioboro
#Ra

Rindu; Bukan Wewenangku

Tentang rindu. Itu bukanlah wewenangku untuk menjawabnya. Karena aku tak pernah mengerti tentang sesuatu yang aku rasakan di hati. Bila memang itu rindu, aku sendiri tak mengerti arti rindu yang bahkan sering aku bicarakan. Seperti tak nampak dewasa memikirkan hal semacam ini. Seperti tak ada aktivitas yang lebih bermanfaat dari sekedar berputar-putar pada satu kata rindu. Biar saja aku tak mengerti sampai waktunya aku memang harus mengerti. Kapan? Entahlah, aku sendiri tak mengetahui waktunya. Karena itu juga bukan wewenangku untuk mengaturnya.

Rahasia Apa?

Tentang rahasia | Maka itulah cinta | Semakin sulit ditebak | Maka cinta semakin romantis | Karunia Allah untuk segenap makhluknya | Untuk menjadikan bumi ini berwarna | Maka pena ini akan bermuara di ujung perjalanan cinta

Laskar 9


Apa kalian tahu?
Ada ketidakrelaan yang dalam hati saat kalian satu demi satu melangkah keluar dari pintu gerbang itu. Tapi aku memang harus merelakan. Kita pasti akan dipertemukan di medan yang lain, insyaAllah.
Meski singkat, tapi ini seperti akan melekat selamanya. InsyaAllah...
#Laskar9

Sabtu, 29 November 2014

Harapan Hujan


Ada kisah indah saat hujan berakhir. Kisah tentang pelangi. Tentang warna biru yang menenangkan. Kisah tentang hijau yang menyejukkan. Merah yang berkisah tentang amarah. Dan tentang jingga yang menyimpan banyak kenangan. Mungkin aku juga adalah pecinta hujan. Yang menantikan kisah indah di akhirnya.
Sayangnya tak semua hujan berakhir dengan pelangi. Kadang hujan harus berakhir dengan mendung gelap. Berselimutkan udara dingin yang mencekam. Hujan berakhir kegelisahan. Tiap tetes hujan bercerita tentang penyesalan. Meski hujan telah berakhir tapi ternyata mendung belum berakhir.
Namun ada hal yang harus kita percayai tentang hujan. Dalam hujan selalu ada harapan. Mereka yang mencintai hujan berharap akan ada pelangi di akhirnya. Setidaknya hujan tidak berakhir dengan mendung gelap. Dalam hujan selalu ada harapan. Tentang pelangi yang mengisahkan banyak warna. Mereka berpadu serasi menciptakan pelangi cantik yang terlukis di langit. Menjadikan senja tak hanya jingga. Ada warna pelangi saat langit senja. Setidaknya kita bisa mempercayai itu. Bahwa akhir dari hujan adalah kisah tentang pelangi. Yang menjadikan senja tak hanya jingga.

#Ra

Hujan Tanda Cinta


Perlahan rintik hujan jatuh dari atap genting. Meski hujan daras mengucur dari langit. Tak menjadikan genting pecah berantakan. Inilah cinta Allah kepada makhluknya. Dia tak jatuhkan air seperti air yang jatuh dari gayung. Mungkin genting-genting tak kuat menahannya. Pepohonan kan tumbang diterpanya. Banjir dimana-mana. Karena tak mampu tanah menyerapnya.
Air hujan turun menjadi rintik. Menjadi indah saat dipandang. Tetes demi tetes menerpa dedaunan pohon. Ada keterpaduan disana. Hujan rintik ini akan memberikan pesan cintanya di akhir episode. Sebuah pelangi. Tanda cinta dari yang Maha cinta

#Ra

Kamu Lebih Tahu

Mungkin kamu lebih tahu. Kamu bisa melihat bagaimana reaksi kimia yang terjadi di wajahku. Tatapan mata yang menghindar. Bibir yang bergetar saat berkata. Kusak-kusuk tak PeDe karena memendam malu. Pasti kamu bisa melihatnya kan? Ada yang aneh dengan diriku saat tatap mata memandang pada satu arah. Saat itu pula aku teringat nasihat teman, itu adalah godaan syetan. Aku mengangguk dan membenarkannya. Reaksi kimia ini hanya angan-angan yang tak nyata.

#Ra

Rabu, 26 November 2014

Celotehku

Perjalanan hampir usai
hati merasakan gunda
bukan karena tak rela
hanya siapkah mereka berkelana
seperti saat pertama kali kami berkelana
berada di ujung kesepian


Aku berujar
mereka hanya butuh kepercayaan
seperti saat pertama kali kami berkelana
toh mereka punya Tuhan
iya kan?
Allah pasti akan membimbingnya

Jalanan

Langkah kecil mondar-mandir di tengah keramaian. Genjreng-genjreng suara gitar dialunkan. Dengan penuh ekspresi tangan menengadah. Mengharap iba dari para pengendara. Meski sekedar untuk membeli nasi kucing dan air es.
Jalanan memang kejam. Tak peduli berapapun usianya. Di jalanan tak kenal istilah HAM. Mereka hanya tahu cari makan. Meski banyak di antaranya hanya kepura-puraan. Hanya enggan mencari jalan yang jauh lebih layak.
Lalu salah siapa? Adakah yang akan bertanggung jawab? Haruskah mereka yang di jalanan yang bertanggung jawab? Saat tangan tak kuasa memberi. Bukan karena kami tak mampu. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab? Ataukah mereka yang ada di dinas sosial? Hanya jadi ocehan pengamat!
Bertanya hanya akan menyesakkan hati. Merenung hanya  menyempitkan jiwa. Tidakkan kita semua bertanggung jawab? Agar mereka mendapat sesuatu yang layak? Apa mungkin sebenarnya mereka dipelihara. Tetap begitu entah sampai kapan.

Minggu, 23 November 2014

Just For You L9


Mungkin karena lagi kangen kalian. Iya aku memang lagi kangen. Kayanya sih aku memang kangen deh sama kalian. Saking kangennya gx tahu mau ngomong apa. Cuma kata-kata itu aja yang nyeplos dari mulut. Apalagi kalian sekarang sudah mulai jarang terlihat di kampus. Wajah senyum dan tawa itu. Jutek judes dan nyebelin itu. Semuanya tentang kalian, aku kangen. Kerja bareng, berkringat bareng, laper juga bareng.
Ehmmmmm.... Isesng-iseng pengen buat sesuatu tapi itu juga terserah kalian sih. Aku cuma iseng desain aja. Tapi kayanya bagus. Ada rencana kalo mau tak bikin pribadi aja tapi biar aku bagi deh sama kalian. Mungkin kalian tertarik juga untuk buatnya. Bisa jadi kenangan selain jaket lembaga yang kerjaannya seabreg. Kadang kalo pake mungkin jadi ingat gawean yang dulu "semrawut". Hehehe.....
Apapun deh, ini aku persembahkan. Eh maksudnya aku desainkan kenang-kenangan untuk kalian. Model dan warnanya bisa dipilih. ^_^

Kamis, 13 November 2014

Dalam Jeda

Setiap manusia adalah koma dan akan menjadi titik saat kematian datang. Koma adalah sebuah jeda. Perjalanan kita pun hanya sebuah jeda sebelum menjadi sebuah titik. Dalam jeda kita akan dihadapkan dengan banyak pilihan. Akankah kita menjadi tanda seru saat melihat kalimat-kalimat dusta. Atau kita hanya akan menjadi sebuah tanda tanya. Pura-pura bodoh tak mengerti.

Jeda adalah perjalanan panjang. Bukan titik bukan akhir. Ada kehidupan setelah jeda yang harus diperjuangkan. Atau hanya akan sia-sia saat jeda menjadi titik. Perjalanan jeda adalah kata. Yang tersusun dari banyak huruf. Akan menjadi kata yang indah saat kita mengerti makna sebuah pesan dalam jeda. Pesan dari penguasa jeda dan titik.

Dalam jeda detik tetap berputar. Meski dalam jeda kita duduk santai atau dalam jeda kita berlari kencang. Itu adalah pilihan. Tapi bagi manusia yang mengerti makna jeda. Dia akan menjadikan setiap detik dalam jeda adalah pahala. Tak menyia-nyiakan detik dalam jeda. Bersantai-santai seolah takkan pernah bertemu titik. Karena kalimat indah tetap harus berakhir dengan sebuah titik.

#Ra

Selasa, 11 November 2014

Hujan di Balik Jendela

Aku suka hujan, dia menyejukkan. Dia membawa kehidupan di dunia, tapi hujan juga membawa dingin. Menjadikan jendela kaca berembun. Semakin menjelaskan makna kesendirian. Sendiri di balik jendela kamar, menikmati hujan. Menuliskan nama di balik jendela kamar yang berembun.

Aku suka hujan, karena dia membawa kesejukan. Melunakkan tanah yang kering karena kemarau panjang. Tanah yang berhamburan diterpa angin, menjadi debu, rapuh. Membutuhkan waktu yang lama untuk menyatukannya menjadi tanah. Tapi hujan, tiap tetesnya manyatukan. Merekatkan debu-debu yang berhamburan diterpa angin. Hujan membuat tanah yang kering menjadi dapat ditanami bunga-bunga yang cantik. Di balik jendela kamar aku melihat kelopak bunga membelai tetes-tetes hujan, serasi.

Aku suka hujan, dia menenangkan. Andai saat ini aku dapat menikmati hujan bersamamu. Seseorang yang menjadi rahasia Allah, yang akan datang seperti hujan, rahasia. Seseorang yang akan datang di waktu yang tepat. Menenangkan hati yang sendiri. Di balik jendela kamar aku menjadi tak sendiri, berdua kita dapat menikmati hujan. Menuliskan nama di jendela kamar yang berembun, bahagia.

#Ra

Senin, 10 November 2014

Tentang Kecemburuan

Tak semua cemburu itu berkonotasi negatif
Tak adil bagimu untuk mendefinisikan cemburu adalah negatif
Sedang bagi mereka cemburu adalah sebuah alasan
Seperti rasa cemburu Aisyah kepada Khadijah
Wanita agung yang sangat setia mendampingi Rasulullah di awal perjuangan risalah Islam ini
Atau kisah kecemburuan Umar kepada Abu Bakar
Saat harta yang diperjuangkannya untuk Islam menjadi tak sebanding jika disandingkan dengan apa yang diinfaqkan Abu Bakar
Atau kisah cemburu sahabat yang mencemburui seorang pemuda yang namanya dijanjikan oleh Rasulullah sebagai ahli surga karena amalannya
Sampai-sampai Mu'adz bin Jabbal merasa penasaran dan menginap beberapa malam di rumah pemuda itu
Untuk sekedar mencari tahu amalan sepesial apa yang menjadikannya seorang ahli surga
Cemburu tak selalu berstigma negatif
Bagi mereka cemburu adalah alasan untuk mendongkrak amalan
Cemburu adalah pemicu yang mendorong kebaikan
Tak ada salahnya cemburu
Jika cemburu pada akhirnya membuat waktu mereka semakin produktif dengan kebaikan
Jika cemburu itu membuat malam-malam mereka sibuk dengan dzikir untuk semakin dekat dengan-Nya
Menjadikan sepertiga malamnya untuk berduaan saja dengan Allah mencurahkan rasa cintanya kepada-Nya
Bagi mereka kecemburuan adalah energi untuk terus bergerak melahap habis amalan-amalan, sehingga menjadi alasan bagi Allah bahwa mereka pantas untuk berada di surga-Nya
Bahkan Allah-pun cemburu kepada mereka yang mengaku beriman tapi tidak patuh terhadap perintah dan larangan Allah
Seperti yang Bukhari dan Muslim sampaikan dalam hadisnya
"Sesungguhnya Allah-pun cemburu dan orang yang beriman juga cemburu.
Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan"


#Ra

Sabtu, 08 November 2014

Tentang Pesona Kematangan!

Tentang Pesona Kematangan!
Para pecinta sejati tidak memancarkan pesonanya dari ketampanan atau kecantikannya, atau kekuasaan dan kekayaannya, atau popularitas dan pengaruhnya. Pesona mereka memancar dari kematangan mereka. Mereka mencintai maka mereka memberi. Mereka kuat. Tetapi kekuatan mereka menjadi sumber keteduhan jiwa orang-orang yang dicintainya. Mereka berisi, dan sangat independen. Tapi mereka tetap merasa membutuhkan orang lain, dan percaya bahwa hanya melalui mereka ia bisa bertumbuh dan bahwa pada orang-orang itulah pemberian mereka menemukan konteksnya. Kebutuhan mereka pada lain bukan sebentuk ketergantungan. Tapi lahir dari kesadaran mendalam tentang keterbatasan manusiaan keniscayaan independensi manusia.
‪#‎AnisM‬atta

Cahaya

Tentang cahaya. Dia hadir begitu saja di sela-sela hati. Aku jadi bertanya tentang cahaya.
Mengapa dia hadir? Mengapa dia bisa merasuk ke dalam sela-sela hati?
Aku tak tahu. Hanya saja aku tak berharap itu hanya sebuah rasa.
Jika Allah hadirkan cahaya itu hanya untuk sebuah rasa. Aku tak membutuhkannya.
Karena aku rasa bukan itu maksudnya. Rahasia.
Tentang cahaya. Aku harap cahaya akan menjadi penerang jalan, yang akan menemaniku menujuNya.
Tentang cahaya. Aku harap cahaya adalah cahaya yang akan semakin mendekatkanku padaNya.
Agar aku tak jatuh. Agar aku tak menabrak tembok yang berdiri kokoh, atau pohon besar yang tumbuh rindang di tengah-tengah perjalanan.
Tapi rahasiaNya itulah yang membuat cahaya menjadi romantis. Aku tak tahu apa tujuan hadirnya cahaya. Biar saja itu jadi rahasiaNya. Allah punya cerita yang lebih indah. Dan Allah tahu akhir cerita indah itu.

#Ra

Read It Where Ever You Are

Tak ada lelah yang tak terobati. Lelahnya jasad karena berawal dari lelahnya jiwa. Biar pundak tak memikul sendiri bebannya. Masih ada jiwa yang selalu bersemangat...
Kapanpun, dimanapun, selalu...



Read It Where Ever You Are!
Al-Qur'an...

Jumat, 07 November 2014

Purnama yang Gagah

Bulan purnama dia nampak gagah
Bersinar di keheningan malam
Sendiri tak bersama para bintang
Kadang awan menutup kewibawaannya, kelam
Perlahan tapi pasti awan itu menyingkir
Membuka tabir malam yang sejatinya gelap, kelam
Dia tak pernah tangung-tanggung dalam mengantarkan sinarnya
Cahaya keemasan khas purnama menembus sampai kesela-sela dinding kamar
Dingin nan sepi berubah penuh cahaya
Tapi purnama tetap sendiri
Tak nampak tanda-tanda bintang-bintang akan muncul
Setidaknya menemani purnama malam ini, tidak
Purnama nampak menikmati kesendiriannya
Cahayanya semakin gagah saat malam semakin larut
Tapi aku, mata yang mulai kantuk
Jari-jemari yang sudah tak sanggup lagi menulis
Tak terasa kita berdua malam ini, aku dan purnama
Namun hakikatnya adalah tentang kesendirian, sepi
Aku dan purnama dalam keheningan tak saling bicara
Sejenak, hanya saling menatap, merenungi sepi
Ternyata kami benar-benar menikmatinya, sepi... sendiri

Selasa, 04 November 2014

Tetaplah Bergembira

Ada dalam kaidah fiqih berbunyi "Al amru idza dhoqat tasaa’ wa idzat tasaa…… Urusan itu kalau menyempit dia meluas, kalau meluas dia menyempit"
Itulah sebabnya ketika seluruh pasukan Khandaq sedang mengepung Madinah dan Rasulullah hanya mendapatkan sisa waktu 6 hari untuk bergerak membangun parit dengan lebar 6 m dan dalamnya 3 meter dan harus menutupi setengah kota madinah di tengah musim dingin. Dan yang mereka hadapi 10.000 pasukan koalisi.
Begitu tegangnya -begitu sempitnya- situasi ini sampai-sampai Allah menurunkan satu surat khusus dalam Al-Quran, surat Al-Ahzab. Coba perhatikan al quran melukiskan situasinya dalam bentuk lukisan fisik… (QS Al-Ahzab:10-11).
Wa idz zaa ghotil abshar (dan ingatlah tatkala mata kalian membelalak), wabalaghotil qulubul hanajir (dan jantung kalian sudah sampai tenggorokan), wa tadzunnuna billahidzdzununaa (dan kalian mulai menduga-duga yang buruk terhadap Allah), hunaalikab tuliyal mu’minun (ditempat itulah, di waktu itulah orang-orang mu’min diuji), wazulzilu zilzalan syadida (dan mereka digoncang segoncang-goncangnya).
Sangat jelas bagaimana sempitnya kondisi kaum muslimin saat itu.
Tahukah bagimana kondisi Rasulullah dan para sahabat saat itu? Dimanakah Rasulullah menjanjikan pembebasan Romawi itu? Dan kapan situasinya Rasulullah menjanjikan pembebasan Romawi itu? Justru ketika mereka semuanya sedang terkepung. Latuftahannar ruum…!!
Janji kemenangan itu hadir di saat kondisi sedang sangat sempit. Latuftahannar ruum…!!
Yang akan memenangkan pertempuran ini bukanlah siapa yang "mengalahkan" lebih banyak, tapi siapa yang bisa bertahan hidup lebih lama.

Senin, 27 Oktober 2014

Manusia dan Beban di Pundaknya #2

Manusia dan beban di pundaknya. Menggambarkan bahwa setiap manusia pasti memiliki beban hidup. Manusia tidak akan lepas begitu saja dari ujian, sebagaimana Allah wahyukan dalam banyak ayat di dalam Al-Qur'an. "Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS Al-Mulk: 2). Atau dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 35 Allah berfirman, "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS Al-Anbiya': 35).
Ujian yang Allah berikan kepada manusia pada hakikatnya telah tertulis di dalam Lauh Mahfuz bahkan sebelum dia terlahir di dunia ini. Keberadaan ujian ini semata-mata agar jelas siapa hamba-hamba Allah yang munafik dan siapa hamba-hamba Allah yang benar-benar beriman. Pemahaman seperti ini tentu didapat saat manusia menggunakan akalnya untuk berfikir. Tidak hanya mengeluh bahkan menyalahkan Allah atas ujian yang didapatnya. Sehingga ujian yang akan dipikul oleh pundak tak jadi persoalan karena dia mampu berfikir dengan baik. Akalnya membimbingnya dengan cahaya, sehingga dia mampu menemukan cahaya dari jalan gelap yang dia lalui di sepanjang perjalanan.
Ruh atau jiwa. Mengutip yang disampaikan oleh Ibn Sina, "Nafs (jiwa) dalam jasad itu bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar, merindukan kebebasannya di alam lepas, menyatu kembali dengan alam ruhani, yaitu alam asalnya. Setiap kali ia mengingat alam asalnya, ia pun menangis karena rindu ingin kembali."
Ibn Sina memberikan gambaran yang sangat terang tentang jiwa manusia. Hakikatnya ruh yang ada dalam jasad manusia ini sedang tak berada di alamnya yaitu alam ruh. Jiwa akan menangis manakala dia merasa ridu dengan alamnya. Seperti halnya Rasulullah dan para sahabat yang merasa rindu dengan kota kelahirannya Mekah saat hijrah ke Madinah. Itulah ruh atau jiwa. Dia membutuhkan satu obat yang akan memberikannya hidup dan tidak merasa asing saat berada dalam jasad manusia. Dia adalah Al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS Al-Isra': 82).
Al-Qur'an adalah obat bagi jiwa-jiwa yang beriman. Saat ruh merasakan kerinduan kepada kampung akhirat maka Al-Qur'an akan dapat memberinya ketenangan, sebagaimana Allah telah memberikan keterangan dalam ayat Al-Qur'an di atas.
Beban atau ujian yang diemban oleh manusia pada dasarnya tidak hanya dipikul secara fisik oleh jasad ini. Seperti halnya akal yang telah terang oleh cahaya ilmu, maka ruh yang telah diterangi oleh cahaya Al-Qur'an akan mampu memberikan kekuatan kepada ruh. "Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram." (QS Ar-Ra'd: 28). Ibnul Qayyim dalam Tafsir Al-Qayyim menyebutkan bahwa "Pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat Al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan Al-Qur'an." Ketentraman atas mengingat Allah inilah yang akan memberikan energi kepada manusia. Sehingga dia tidak menjadi manusia yang mudah mengeluh atas beban yang dia dapatkan dalam perjalanan hidupnya. Jauh dari Al-Qur'an hanya akan membuat manusia seperti mayat hidup. Jasadnya hidup tapi ruhnya mati karena hati yang jauh dari Al-Qur'an, yang seharusnya menjadi obat penawar bagi ruh yang rindu dengan kampung akhirat.
Jiwa-jiwa yang senantiasa berdzikir, mengingat Allah, niscahya hatinya akan terang-benderang. Hatinya akan dipenuhi energi ruhani yang semakin menguatkan keimanannya. Allah akan merengkuh hati-hati yang senantiasa mengingat Allah. Pada akhirnya pundak akan kokoh, kaki akan tegak, dan hati akan penuh dengan rahmat. Dzikir Al-Qur'an ini adalah suplemen pokok dari ruh. Tak hanya itu, tapi aktivitas mengingat Allah yang lain juga akan memberikan energi kepadanya. Manusia akan senantiasa tenang tidak mengalami kerancuan dalam aktivitasnya, karena hatinya mendapatkan bimbingan dari Allah.
Kembali kepada pembahasan di awal, bahwa manusia adalah manusia. Dia terdiri dari tiga pilar penopang yang menjadikannya manusia, yaitu akal, ruh atau jiwa, dan jasad. Maka dua pembahasan mengenai akal dan ruh telah diuraikan. Semoga mampu memberikan cahaya ilmu bagi para manusia yang bertebaran di bumi Allah ini dan hendak kembali keharibaan Allah. Pada catatan ini, tak banyak yang aku sampaikan karena atas keterbatasan ilmu. Aku mohon ampun kepada Allah jika banyak kekurangan dalam penulisannya dan semoga Allah mengampuniku. Tak lupa juga aku memohon maaf kepada para pembaca atas kekurangan ini.
Mengenai jasad, sebenarnya aku meyakini bahwa telah banyak kita memahami betapa kesehatan jasad akan sangat penting dalam menjalankan aktivitas di bumi ini. Dalam kesempatan tulisan "Manusia dan Beban di Pundaknya" akan aku tulis dalam part 3. Semoga Allah memberikan kekuatan agar mampu melanjutkannya di tulisan selanjutnya.

Minggu, 26 Oktober 2014

Manusia dan Beban di Pundaknya #1

Manusia adalah makhluk yang tumbuh. Manusia memiliki tiga pilar yang menopang dan menjadikannya sebagai manusia yang hidup. Ketika manusia tumbuh, ketiganya juga mengalami proses tumbuh itu. Ketiganyalah yang kemudian menjadikan manusia memiliki kapasitas yang kemudian keberadaannya akan sangat diperhitungkan. Kapastias inilah yang akan menjaga eksistensinya sebagai manusia dalam menjalankan aktivitasnya sebagai manusia di bumi. Menjadi hamba Allah dan melaksanakan tatanan kehidupan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam aturan yang Allah wahyukan kepada hambaNya yang mulia, Nabi Muhammad Saw.
Manusia adalah manusia dengan segala macam potensi dan kekurangannya. Tiga pilar pembentuknya itulah yang kemudian akan membantunya menjalani aktivitasnya sebagai manusia. Memikul beban dengan pundaknya tapi karena dia adalah manusia yang memiliki tiga pilar pembentuknya, maka dia akan bertindak layaknya manusia; bekerja dengan cara-cara manusia. Tidak seperti superman yang memikul bebannya sendiri. Karena kita bukanlah superman dan kita hanyalah seorang manusia biasa, maka kita akan memikul beban itu layaknya manusia. Tiga pilar penopang manusia itu adalah akal, ruh, dan jasad yang semoga dengan rahmat Allah, aku dapat memberikan gambaran ketiganya dalam menopang manusia.
Akal adalah nikmat besar yang Allah titipkan kepada manusia. Nikmat yang disebut hadiah ini menunjukkan kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan. Oleh karenanya dalam banyak ayat Allah memberikan spirit kepada manusia untuk menggunakan akalnya. Misalnya dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra'ad ayat 4 ini, "Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS Ar-Ra'd: 4). Manusia yang berfikir dia mengetahui potensi dan kelemahannya sekaligus. Keberadaan akal akan membantu manusia berfikir. Sehingga dia mampu bertindak dengan nalar-nalar kemanusiaannya dan tidak menjadikannya bersikap berlebih-lebihan, yang pada akhirnya justru membuatnya kepayahan.
Manusia yang cendrung mengabaikan akal pada akhirnya dia akan menjadi jumud. Akalnya bebal dan hal ini adalah sesuatu yang tidak Allah sukai. "Dan mereka berkata: 'Kalaulah kami dahulu mendengar dan memahami (sebagai orang yang mencari kebenaran), tentulah kami tidak termasuk dalam kalangan ahli neraka'." (QS Al-Mulk: 10). Sangat keras peringatan Allah ini dalam Al-Qur'an. Akal manusia inilah yang kemudian menjadikannya bertumbuh. Manusia akan berfikir bagaimana dia bertahan dari berbagai ujian yang Allah berikan kepadanya. Tak menganggap ujian ini remeh tapi juga tak menjadikannya terlampau berat. Karena dia dapat berfikir untuk mengenali dan peka bahwa ujian ini hakikatnya adalah hal lumrah yang akan dia temui. Dia juga akan dapat berfikir jernih tentang keberadaan Allah yang memberinya ujian agar dia menjadi seutuhnya manusia. Dan beban itu pasti akan selalu mampu dipikul oleh pundak, karena ujian itu adalah pemberian dari Allah. Kejernihan berfikir ini tentunya karena dia menggunakan akalnya. Membekalinya dengan ilmu yang akan membimbingnya dalam memikul beban di atas pundaknya.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Memberi Cinta

Memberikan cinta adalah hal sederhana yang kadang tak semua orang bisa melakukannya. Memberikan cinta bukan perkara rumit yang harus disyurakan panjang lebar, seperti saat akan menentukan sebuah kebijakan. Cinta, kata sederhana yang semua orang memilikinya di hati. Cinta adalah kata kerja, kata Anis Matta. Cinta berbicara tentang memberi, bukan meminta. Para pencinta sejati selamanya hanya bertanya: "Apakah yang akan kuberikan?" Tentang kepada "siapa" sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder, sekali lagi kata Anis Matta. Artinya, kepada siapa cinta itu akan diberikan tidak menjadi persoalan.
Cinta itu memberikan bukan menuntut atau meminta. Kalo meminta, nanti malah bisa punya gelar "Pengemis Cinta". Padahal setiap orang punya cinta, meski dengan kadarnya masing-masing. Ada yang hanya mampu mengatakannya saja. Cintanya terdefinisikan dalam kata-kata. Ada pula yang mampu memberikan sesuatu atau dalam bahasa lainnya berkorban. Waahhhh... Mantap nih jika sudah sampai mampu berkorban. Tapi tetap ada batas-batasnya yah, tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan juga tidak baik. Sama seperti saat seseorang mencintai Rasulullah. Mencintai Rasulllah itu boleh tapi jika berlebihan akan jadi syirik.
Tentang memberikan cinta, meski kepada siapa cinta akan diberikan tidak jadi soal, tentunya ada kondisi hati yang kadang cendrung condong pada satu diantara banyak objek cinta. Dalam urusan cinta, Aisyah adalah istri yang paling dicintai oleh Rasulullah diantara istri-istrinya yang lain. Maka inilah fitrahnya cinta. Cinta tetap memilih.
Allah anugerahkan cinta untuk menjadikan manusia menjadi benar-benar manusia. Dengan cinta itu manusia akan bertumbuh. Karena cinta itu memiliki energi untuk menumbuhkan. Jika cinta itu justru menghancurkan, maka itu bukanlah cinta. Melainkan sebuah nafsu yang salah teridentifikasi menjadi cinta. Bisa kita lihat bagaimana cinta itu kemudian saling menumbuhkan di antara Rasulullah dengan istri-istrinya. Dalam urusan dakwah, para istri justru tak menghambat dakwahnya Rasulullah. Para istri justru membantu dalam perjalanan dakwahnya beliau. Lihatlah Aisyah, adalah wanita yang paling banyak meriwayatkan hadis. Artinya wanita cerdas yang menikah dengan Rasulullah itu justru tumbuh semakin cerdas.
Maka sebagai manusia kita memiliki sebuah tanggung jawab besar untuk menjaga kefitrahan dari cinta. Tak begitu gampangnya memberikan cinta pada semua orang tanpa batas, sehingga dalam perjalannya justru cinta itu menghancurkannya. Maka pandai-pandailah dalam merawat cinta. Sehingga saat waktunya tiba cinta itu diberikan kepada orang lain dan kita menerima cinta yang sama dari orang lain. Cinta itu akan saling menumbuhkan dua insan yang tersatukan oleh beberapa ikrar kata.

Rabu, 15 Oktober 2014

Tentang Cinta; Hanya Kata-kata

Cinta itu bunga, bunga yang tumbuh mekar dalam taman hati kita. Taman itu adalah kebenaran. Apa yang dengan kuat menumbuhkan, mengembangkan, dan memekarkan bunga-bunga adalah air dan matahari. Air dan matahari adalah kebaikan. Air memberinya kesejukan dan ketenangan, tapi matahari memberinya gelora kehidupan. Cinta, dengan begitu, merupakan dinamika yang bergulir secara sadar di atas latar wadah perasaan kita. Maka begitulah seharusnya anda mencintai, menyejukkan, menenangkan, namun juga menggelorakan. -Anis Matta-
Cinta adalah energi, bukan wujud dari kegalauan. Bukankah harusnya demikian?
Jika ada cinta yang mewujud dalam kegalauan, itu bukanlah cinta. Bisa jadi kita sedang salah menafsirkan nafsu menjadi cinta. Cinta tidak hanya memberikan kesejukan dan ketenangan, tetapi juga gelora, sebuah energi jiwa.
Persahabatan membutuhkan cinta, pernikahan juga membutuhkan cinta, berdakwah juga membutuhkan cinta, dan semua aktifitas kita membutuhkan cinta. Cinta yang menumbuhkan dan membesarkan. -Yayan Al-Ikhwan-
Selalu begitu. Cinta selalu membutuhkan kata. Tidak seperti perasaan-perasaan lain, cinta lebih membutuhkan kata lebih dari apapun. Maka ketika cinta terkembang dalam jiwa, tiba-tiba kita merasakan sebuah dorongan yang tak terbendung untuk menyatakannya. Sorot mata takkan sanggup menyatakan semuanya.
Tidak mungkin memang. Dua bola mata kita terlalu kecil untuk mewakili semua makna yang membuncah di laut jiwa saat badai cinta datang. Mata hanya sanggup menyampaikan sinyal pesan bahwa ada badai di laut jiwa. Hanya itu. Sebab cinta adalah gelombang makna-makna yang menggores langit hati, maka jadilah pelangi; goresannya kuat, warnanya terang, paduannya rumit, tapi semuanya nyata. Indah.  -Anis Matta-
Layak dicintai adalah lambang keberartian. Sebab cinta tidak dipersembahkan untuk padang jiwa yang hampa. Tidak juga untuk karya-karya tidak bermakna. Hanya bila kita berguna, maka kita layak dicintai.
Kelayakan dicintai adalah definisi sebuah kapasitas diri. Kapasitas yang diukur sejauh mana kita memiliki harga. Dalam wujud amal nyata dan peran-peran yang berbukti. Bukan status, apalagi sekedar hiasan performa dan gincu-gincu kepalsuan.
Kelayakan dicintai, berpulang pada banyak sebab. Ada dedikasi disana. Sebab kelayakan itu tak datang percuma. Tanpa harga dan tanpa biaya. Tidak. Kelayakan itu adalah buah persembahan yang berpeluh dan berjibaku.
Kita memang harus selalu bertanya tentang kelayakan untuk dicintai. Sebab cinta bukan menuntut tapi mematut diri. Jika kita patut, maka orang-orang dengan sendirinya akan mencintai kita dengan tulus. Tapi jika kita sudah mematut tidak jua orang datang. Kita tak perlu gusar! Yang penting adalah terus mencintai. Karena cinta, sejujurnya adalah ketulusan untuk selalu memberi!
Seperti sunnatullah pada segala hal, cinta punya tabiat keseimbangannya. Antara mencintai dan kelayakan dicintai. Keduanya adalah capaian dan derajat hidup yang tak datang dengan cuma-cuma. Ada kerja dan persembahan besar dibaliknya. Orang-orang besar mengerti benar, betapa mencintai dan dicintai adalah karya-karya jiwa yang melelahkan!

Rabu, 17 September 2014

Becik Ketitik Olo Ketoro

Becik ketitik olo ketoro
Menata hati itu penting ternyata. Banyak yang di pandang mata, terdengar oleh telinga, dan terbaca oleh bibir ini, membuat hati mengeras. Ketidaksepakatan pada satu hal, membuncahkan hati, memunculkan banyak amarah pada kata yang terucap dan kata yang tertulis, menjadi suara minor yang tidak elitis. Sesekali bahkan terlihat menjijikan dan memuakan. Bisa dibaca juga kata-kata yang tertulis pada tulisan ini. Mungkin ada kata-kata yang tak elitis itu. Aku meminta maaf atas hal itu.
Elitis, hanya sebuah istilah yang aku gunakan pada opiniku ini. Menterjemahkan ide dalam sebuah kalimat yang mendidik dan menunjukkan sisi hormat kedapa siapapun pembaca atau yang mendengarkannya. Elitis ini yang aku maksud, terlepas makna sebenarnya dalam KBBI atau kamus semacamnya. Hanya saja aku sedang sedikit mengoreksi diriku pribadi.
Becik ketitik olo ketoro. Adalah kata elegan yang bagiku cukup untuk melunakkan hati yang mengeras atas pembelaan dan cacian membabibuta yang bisa kita simak di banyak medsos. Baik yang pada dasarnya menggunakan kata-kata yang elitis sampai yang menggunakan kata sindiran menyakitkan dan hinaan tanpa pandang bulu. Tanpa kita hina pun, sesungguhnya keburukan itu akan muncul dengan sendirinya, bahkan sampai diumbar begitu saja. Tapi lihatlah, banyak yang tak menyadari, bahkan dianataranya menutup mata. Pun tanpa kita bela habis-habisan, sebenarnya yang baik pasti akan nampak. Meski jika kata beberapa orang yang bertukar pendapat denganku mengatakan, ini adalah zaman dimana citra bisa naik dan turun karena uang. Bisa jadi.
Hati. Dia tidak akan pernah menipu. Dia selalu berkata jujur pada diri ini. Hanya, mungkin mata hati telah tertutup karena bebal yang diakibatkan oleh ujubnya hati. Tak berkahnya ikhtiar manusiawi yang dilakukan. Sehingga Allah membiarkannya dalam ketersesatannya di dunia. Memberikan banyak waktu, bukan untuk menjadikan manusia itu menyadari ketersesatannya, justru waktu itu adalah untuk semakin menenggelamkannya dalam hutan belantara yang gelap dan buas. Seperti yang baru saja aku renungi dari QS Ali Imran: 178 "...Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan."
Bencilah sekedarnya saja, barangkali suatu saat dia menjadi sahabatmu. Dan Cintalah sekedarnya saja, barangkali suatu saat dia menjadi musuhmu. Sangat bijak dan arif aku rasa kata-kata mutiara engkau Sahabat Ali bin Abi Thalib. Tapi satu hal penting bahwa seorang pemimpin adalah pelayan umat. Dia tidak sekedar bercibara untung rugi soal materi. Tapi keadilan, kesejahteraan, kehidupan, dan yang paling utama adalah urusan akhirat. Semoga para arif mampu menerka pesan dari banyak pesan yang tersirat dalam pementasan yang terjadi beberapa waktu terakhir ini. Tentu hanya hati yang penuh cinta, rahmat, dan rahim yang mampu menterjemahkannya dan mengintalnya dalam aktivitas hidupnya. Dialah hatinya para ahli ilmu, yang senantiasa menjaga adab terhadap Tuhannya ilmu. Dialah para murabitu, yang hatinya senantiasa terjaga untuk menjaga kehormatan jalan hidup ini.

Selasa, 16 September 2014

Sahabat; Inilah Cinta

aku tak pernah menemukanmu lesu karena lelah dari aktivitasmu
bahkan aku tak pernah menemukanmu berucap kata lesu
saat-saat tertentu kata-katamu menjadi nasihat untukku
terima kasih
meski kadang kamu sedikit menyebalkan
karena kamu sangatlah pelan
kamu tahukan aku orangnya tidak sabaran?
tapi kamu tahu?
cintaku padamu lebih besar
aku juga mungkin sering membuatmu kesal
pastinya...
ya... candaku padamu tentunya
maafin aku yah?
aku nakal sama kamu
aku tak pernah sampaikan kata cinta padamu
tapi itulah candaku
itu cinta
sahabatku, kita punya janji
masih ingatkan?
kadang aku tertawa saat mengingatnya
aku akan berusaha menepatinya
semoga begitu juga denganmu
itu akan menjadi do'a
dan ini juga cinta
semoga Allah mengumpulkan kita di surgaNya
namun jika kamu tak menemukan aku di surgaNya
tolong, panggillah aku
mintakanlah kepada Allah untuk mengangkatku dari nerakaNya
sahabat, dua setengah tahun ini aku berfikir
ternyata, sepertinya baru kali ini aku benar-benar menemukan engkau
seseorang yang telah menutup lubang di hati
dan ini adalah cinta

#Ra

Sahabat

cintanya bukan ego
nasihatnya bukan benci
dia tak selalu jalan di depan
kadang di samping, menuntun
bahkan kadang di belakang, mendorong penuh dukungan
dalam do'a terselip namamu, tersembunyi


senja yang indah

Sabtu, 13 September 2014

Hanya Permukaan

Ada banyak hal tersembunyi di luar sana. belum dapat aku mengupasnya karena terbatasnya ilmu yang aku miliki. Nampaknya ini karena ilmu belum menjadi barang yang berharga bagiku, mungkin juga bagimu. Hanya kata-kata manis tanpa ada tradisi yang membangun. Aku hanya bisa menangkap objek yang tersurat saja. Terbatas..!!
Banyak hal menarik dan aneh di luar sana yang tak dapat aku mengerti. Mata hanya akan melihat permukaan air yang tenang tapi takkan pernah mengerti apa yang terjadi di kedalaman. Begitu banyak tekanan dan gelombang yang tak bisa dilihat di permukaan. Juga batu dan ikan yang saling berpadu. Tersembunyi..!!
Ada banyak tabir yang Allah selimutkan pada mata ini atas keompongan hati dan akal ini. Hanya mengerti sebuah botol air mineral hanya digunakan untuk air minum, tak mengerti, dia bisa kita manfaatkan untuk menjadi pot. Berkebun di sekitar rumah. Bisa juga aku menanaminya bunga cantik yang menyejukkan. Pandang mata memang selalu terbatas. Hanya melihat permukaan air bukan isi yang ada di kedalaman. Tak mengerti..!!?

Hanya sebuah coretan sederhana...

Kamis, 11 September 2014

Menjadi detektif

Sudah hampir dua tahun ini aku menjadi detektif. Menggunakan topi sederhana dengan jaket hitam yang kadang-kadang aku ganti ketika sudah sedikit kucel. Hampir dua tahun ini aku mengumpulkan berbagai informasi tentang dirimu dari banyak sumber. Sebenarnya aku sudah menyusunnya dalam bentuk file draf yang cukup tebal. Meski aku akui itu belum selesai. Tapi aku yakin, tiga sampai empat bulan kedepan aku sudah mampu merampungkannya. Aku juga belum sempat mengabadikan beberapa kegiatan yang kamu lakukan. Meski sebenarnya mengoleksi beberapa fotomu di Toshiba hitamku. Aku juga mengoleksi video tentang kamu disana, dengan durasi sekitar 50 menit. Tapi itu belum cukup. Belum cukup bukti untuk menguak siapa dirimu yang sebenarnya.
Sudah hampir dua tahun ini aku menjadi detektif. Tidak total sih, kadang aku mengerjakan yang lain juga. Setidaknya mengisi waktu saat aku jenuh. Aku juga lebih memilih mengerjakan tugasku yang lain, lantaran memang harus aku tunaikan. Tidak ada kesempatan bagiku bertahan di kota ini jika penyelidikanku terhadapmu selesai dengan cepat. Tidak ada waktu lagi untuk bersama. Makanya aku memilih untuk menunggu. Dan ini adalah saatnya, sembari aku juga harus mengerjakan pekerjaan yang tiba-tiba saja menghampiriku. Tak apalah, paling tidak ada banyak waktu yang bisa aku luangkan bersamamu. Sembari menggali informasi lebih banyak tentangmu. Keren kan? Sudah seperti agen-agen khusus atau detektif macam James Bond dan detektif Conan saja.
Aku menyukai pekerjaanku. Kadang-kadang sampai lupa makan dan sakit. Tapi aku bahagia. Tak terasa, tiba-tiba saja sakit. Lalu tiba-tiba sesaat kemudian aku sudah bisa tertawa. Bersama para detektif yang lain. Para agen yang sedang bekerja bersama-sama denganku.
Menjadi detektif selama dua tahun ini memberiku banyak pelajaran. Terutama tentang sabar, syukur, juga cinta. Ada banyak teman di sekitarku yang juga sedang berjuang di kota ini. Ada sih kadang beberapa orang mengatakan aku kesepian, meresa sendiri, dan akhirnya galau. Tapi bagiku, aku tidak pernah sendiri. Cinta inilah yang mengikat hati. Cinta ini tentang Allah. Kita memiliki mimpi yang sama tentang cinta itu. Aku jadi punya filosofi, hidup ini kita kok yang bikin asik. Apalagi kita sedang menjalankan misi peradaban. Makanya cinta masuk daftar list misi peradaban itu.
Menjadi detektif! Aku akan segera menyelesaikan pekerjaanku ini. Tiga, empat bulan kedepan, itu pasti..!!? Novel yang Lebih Tebal, mereka saja bisa, apalagi para detektif.

Rabu, 10 September 2014

Menyaksikan Purnama yang Lebih Indah


Tak semua cinta harus tersampaikan, biarlah dia tersembunyi di kedalaman hati. Seperti halnya bulan yang tak pernah jumpa matahari di saat malam. Rindunya tak pernah tersampaikan!
Tapi bukankah dengan begitu, kita bisa menyaksikan indahnya purnama? Jika tiba saatnya nanti, kita juga bisa rasakan betapa romantisnya saat cinta bersua, disaat terucap beberapa ikrar kata.
Kalimat panjang yang muncul begitu saja. Mungkin saat itu aku sedang menulis misi-misi peradaban, dimana cinta adalah salah satu dari misi peradaban itu. Aku juga pernah menuliskan sesuatu tentang cinta, satu kalimat saja. Cinta adalah tanda dari keberadaan Tuhan. Aku pernah menulis tentang cinta pada bagian blogku sebelumnya. Bukan hasil penelitian sih, hanya sebuah opini tentang sekelumit rasa yang ada di bongkahan hati.
Tak ada seorang ilmuan-pun yang mampu membuat satu teori pasti tentang cinta. Tapi satu hal bagiku, bahwa cinta itu adalah fitrah yang harus dijaga. Pembukan tulisan ini mungkin sudah sedikit memberikan gambaran tentang menjaga cinta. Ada tulisan menarik yang berjudul "Lelaki dalam Novel". Aku tertarik dengan kalimat di akhir-akhir tulisannya. Aku, sedang fokus memantaskan diriku menjadi lelaki seperti kata Allah dalam surat-surat cinta-Nya. Dia bukan sedang tidak PeDe dengan dirinya. Hanya saja ini adalah upaya dalam menjaga kefitrahan cinta. Aku jadi teringat saat dulu aku benar-benar terperangkap dengan kata cinta ini. Berdalih ta'aruf, tapi sebenarnya itulah saat cinta tak lagi memiliki benteng-benteng kokoh untuk menjaga kefitrahannya.
Aku malu, betapa lalainya aku menjaga cinta yang fitrah ini. Lalu terbesit sebuah kata, di luar sana, sedang ada seseorang yang sedang memantaskan diri untuk menerima cintamu. Dia sedang belajar menjadi sosok seperti dalam surat-surat cinta-Nya. Aku sadar, bahwa purnama akan lebih indah saat bulan tak bersua dengan matahari di saat malam. Purnama akan jauh lebih indah saat itu. Saat pertemuan rahasia adalah waktu yang tepat untuk berseminya bunga-bunga cinta. Saat dimana kita memberikan cinta dan menerima cinta dari orang lain. Dan matahari senja selalu indah, lalu berganti malam, bintang-bintang bertaburan, dan purnama terlihat begitu cantik.

Selasa, 09 September 2014

Kaca Mataku

Sudah beberapa pekan ini aku meninggalkan kacamataku di kotaknya. Aku bawa, tapi tidak aku pakai. Aku punya alasan sendiri mengapa tidak aku pakai, salah satunya karena aku sakit. Flu berat membuat kepala pening tepat di kening. Keberadaan kacamataku ini cukup membuat kepala jadi terasa berat. Ditambah aku harus memakai masker agar tidak mendzolimi orang-orang di sekitarku, juga agar tak banyak debu yang mampir ke hidung pesekku ini. Alhasil, aku meninggalkan kaca mata yang sudah menemaniku empat tahun ini di kotaknya.
Akibatnya lumayan membuat aku cukup kesulitan dalam melihat, terutama saat malam hari. Selain karena sudah rabun dengan jarak pandang normal bisa melihat wajah dengan jelas hanya dua sampai tiga meter. Saat malam mata ini semakin menjadi-jadi, hanya satu sampai dua meter aku baru bisa jelas melihat wajah seseorang. Tentunya karena gelap yang membuat mata ini semakin tak bisa lebih baik dalam melihat. Saat purnama semalam, aku tak bisa melihat keindahannya dengan sempurna, apalagi sambil mendorong motor yang kehabisan bensin. Perjumpaan semalam dengan purnama jadi terasa hambar dan biasa saja. Hanya menafsirkan bahwa purnama semalam begitu cantik.
Perjumpaan dengan seorang sahabat lama di gang dekat rumah singgah juga tak begitu menarik. Dia menyapaku duluan, karena aku benar-benar tak melihatnya dengan jelas. Berpura-pura jika aku pangling melihatnya karena sudah cukup lama tak bersua. Padahal baru bulan syawal kemarin kita ada acara bersama. Maafkan aku sahabatku, mata ini sedang tak menggunakan kaca mata. Tapi menjadi hangat karena senyum terbalaskan. Sedikit canda walau hanya sebentar bersua. Paling tidak aku bisa sedikit berbagi pahala, senyum indah yang menyungging di wajah tampanmu itu.
Memang nikmat mata yang bisa membuka dan melihat dengan jelas keindahan dunia adalah rizki dari Allah yang luar biasa. Alhamdulillah, meski tak begitu jelas melihat, paling tidak aku bisa seidikit ghaddul bashar. Memang tak berkaca mata itu anugerah, tapi berkaca mata jadi beda. Mungkin karena dulu aku sempat ngefens sama Harry Potter dan Conan, tapi sekarang aku lebih ngefens sama naruto yang tidak menggunakan kaca mata. Meski sampai sekarang aku juga masih ngefens sama Conan.  Ah, bicara fiksi dan animasi deh jadinya. Tapi setidaknya fiksi dan animasi ini bisa menjadi selingan saat duduk suntuk berjam-jam di depan Toshiba hitam ini mengetik tulisan-tulisan panjang lebar. Katanya sih ini karya ilmiyah yang menentukan gitu, tapi aku suka dengan istilah barunya, "Novel yang Lebih Tebal".
Kaca mata, terima kasih sudah empat tahun membersamaiku. Aku akan bersamamu di saat-saat tertentu insyaAllah. Sekarang, aku sedang memberikan udara baru pada mata ini. Boleh kan?

Minggu, 07 September 2014

Menebak Rindu

Suara serangga menemaniku malam ini
ada jangkrik dan teman-temannya
mereka ramai, seolah sedang bermain tebak-tebakan denganku
mereka berlomba-lomba menebak isi hatiku
berharap mendapat hadiah seperti kuis di TV
dan dalam keramaian itu mereka bertanya padaku
apa kau sedang merindukannya?
Biar aku sampaikan padanya malam ini
aku tersenyum memikirkan pertanyaan mereka
lalu aku mencoba menjawab pertanyaan itu
tidak.. Aku tidak merindukannya
aku menjawabnya dengan jari telunjuk yang saling menyilang dengan jari tengah
tanda aku berbohong
aku hanya sedang menulis sebuah sajak kok
itu saja..
lalu aku bertanya-tanya dalam hati dan berharap
kau melakukan hal yang sama denganku
Entahlah.. Aku terdiam sejenak lalu berbisik
aku hanya menuliskan kata-kata rindu dalam sajakku
kata demi kata yang tersulam menjadi sebuah tanya
apakah kau disana juga sedang menulis sajak sepertiku?

Catatan dari rumah singgah

Pelabuhan Beriutnya


Seperti halnya sebuah pelabuhan, tempat berlabuhnya kapal-kapal dari berbagai macam tempat di belahan dunia ini. Kapal-kapal berlabuh dalam rangka mengangkut dan menurunkan barang berikut penumpangnya. Kota ini, kampus ini, adalah pelabuhanku, tempatku singgah hendak mengangkut banyak kenangan yang ada di kota ini. Lama aku disini, sudah berjalan hampir penuh lima tahun usiaku berlabuh. Kadang berfikir hendak segera aku kibarkan layar, pergi, dan singgah di pelabuhan berikuttnya, tapi apa daya, kenangan yang aku angkut belum penuh. Terlalu banyak kenangan yang menahanku cukup lama di pelabuhan ini.
Ada yang tiba-tiba berbisik, dia yang tersimpan rapih di kedalaman jasad ini. Berbisik untuk tetap tinggal dan memasang jangkar kapal cukup di kota ini saja. Entahlah, aku hanya sedang memandang langit-langit saat itu. Membayangkan banyak pelabuhan-pelabuhan besar yang mungkin lebih ramai di depan sana. Lagi pula kaki ini terlanjur terus melangkah. Jari-jemari ini sudah mulai menuliskan mimpi pada lembaran-lembaran buku harian. Bulan telah rindu pada matahari. Waktu semalam seperti telah bertahun-tahun tak bersua. Dan novel tebal ini harus segera aku selesaikan. Sudah dinanti banyak pembaca untuk menjadi sebuah karya.
Apakah harus diam-diam kaki melangkah, menarik jangkar, dan layar aku kibarkan untuk melanjutkan perjalanan ini? Tapi itu tidaklah bijak. Meninggalkan banyak angkutan di pelabuhan. Atau aku angkut saja pada waktu malam, dikala para pekerja sedang tertidur pulas. Tanpa sadar, kapal sudah mengangkut semua angkutan kenangan dan kapal, kapal telah berlayar dari pelabuhan ini. Tak ada jejak yang tertinggal selain nama. Biar tak ada yang merindu dan kenangan hilang perlahan oleh waktu. Pekerjaan telah tertunai disini dan melanjutkan pekerjaan di tempat yang lain. Tak perlu mencari kapal yang telah pergi, karena itu yang dia inginkan. Mungkin saja kapal itu sudah tak ingat rute kembali ke pelabuhan kota ini, saat singgah di pelabuhan berikutnya.

Kamis, 04 September 2014

Para Pengelana

Panjang perjalanan yang aku tempuh. Sesaat waktu aku temukan diriku terbaring lesu, berkeringat tampak lelah dengan wajah pucat pasi. Mungkin aku saat itu sedang kurang baik, merasa kesepian dalam perjalanan panjang ini. Aku di saat itu hanya bisa mengeluh ini dan itu, seperti tak ada tempat bersandar. Hingga pada sesaat waktu berikutnya aku menemukan sandaran yang kokoh, tidak rapuh seperti yang sebelumnya. Dalam sandaran itu, aku bisa mengadu, menangis puas, berdua saja dengannya tempatku bersanadar. Sandaran itu adalah Tuhannya para pengelana.
Para pengelana, dialah aku, kamu, dan kita. Tentunya banyak yang tak menyadarinya, bahwa kita adalah para pengelana. Bahwa jalan panjang ini sebenarnya sangatlah singkat yang tak akan terasa nikmatnya hingga para pengelana terlena. Hanya saja waktu di dunia ini terlalu menggoda. Pada saat nanti, waktu akan menjadi sangat tak bersahabat. Bangun di pagi hari, tiba-tiba waktu sudah petang. Tiba-tiba, tubuh telah renta, tua, dan rapuh. Tak sempat menulis mimpi di atas batu dan tak sempat mengatakan cinta kepada Tuhannya, kepada nabiNya, kepada kedua orang tuanya, dan kepada para makhlukNya.
Pengelana, aku adalah pengelana itu. Berjalan, menempuh jarak yang teramat panjang, berharap suatu waktu aku temukan teman seperjalanan. Seseorang yang sedang menuju tujuan yang sama. Yang pada suatu waktu melaluinya, Allah ingatkan aku tentang perjalanan panjnag yang aku tempuh. Tentang tujuan dari perjalanan panjang ini, dan mengapa aku harus melangkahkan kaki ini di jalan panjang ini. Dan pada suatu waktu nanti, kita bisa bersandar di tempat yang sama, mengadu tentang terseoknya kaki ini tadi. Berharap nanti para pengelana yang bersua di tengah perjalanan ini, dapat berkumpul lagi di persinggahan abadi, yang diharap-harap saat menempuh jalan panjang nan terjal ini. Akulah para pengelana.

Selasa, 15 Juli 2014

Hujan ini...

Hujan ini... Apakah mewakili hati para mukmin?
Atau inilah rahmat Allah atas perjungan tanpa ada akata usai
untuk para mujahidin di Palestina
yang telah membuat netanyahu gelisah
atau parlemen zionis murka

Hujan ini... Apakah engkau sedang berduka?
Atau sedang menyampaikan pesan langit atas keridhaanNya
untuk para ibu atau para putra penghafal Al-Qur'an
bahwa mereka tidaklah lemah, mereka kuat
masih ada Allah yang ada dalam hati setiap mujahid

Allah... Allah... Allah...

Sabtu, 12 Juli 2014

Jejak dan Sajak untuk Palestina

Tak bisa aku tinggalkan jejak disana
tempat suci ketiga, Al-Aqsho
aku hanya mencoba mengirimkan jejak itu
melalui rizki yang aku punya
aku kirimkan jejak itu kesana
bersama kawan juang di Indonesia
aku juga kirimkan sajak-sajak dalam renung dan sujud panjang

Catatan Pejuang Perbatasan #2 "Sebuah Gerutu"

Entah ingin aku bilang apa?
Kadang aku menggerutu, kotaku tak sesejuk seperti disini
Di perantauan, tanah perjuangan
Meski air tak semelimpah seperti di tanah kelahiran
Tapi batuan karts menandai ada air disini
dan dia tanda kuasa dan keadilan Tuhan atas ciptaannya
Dalam... Harus dalam menggali mencari air
tapi air terjun sri gethuk adalah bukti dari keberadaan air yang dirindukan
selain dia menjadi tujuan wisata di tanah berkapur ini

Gerutu bahagia
para pejuang dari ujung Kabupaten

Catatan Pejuang Perbatasan #1 "Di Garis Batas"

Menjadi pejuang di ujung garis perbatasan
merindu senja di ujung hutan
berharap melihat meronanya merah saga
tapi apa daya, aku di ujung garis perbatasan
menjadi pejuang menunaikan misi peradaban

Aku yang di ujung garis perbatasan
mata terjaga tanda siap siaga
bersenjatakan pena, kertas, dan toshiba hitam
tak lupa android kecil ku siapkan
agar gentar para perusuh peradaban
aku yang di ujung garis perbatasan

Adab; Keteladanan

Sesuatu yang tidak kita ajarkan, justru itulah yang dilihat dan terajarkan secara tak langsung pada adik didik. Itulah pentingnya keteladanan.
Abdullah bin Mubarak berkata, "Aku belajar adab selama 30 tahun, sedangkan aku belajar ilmu selama 20 tahun." Point pentingnya adalah bab keteladanan atau adab.
Maka berlakulah kaidah seperti yang dikatakan para ulama, al-adab qabla al-'ilmi.
Kurang lebih inilah nasihat Imam Malik kepada para guru dari anak-anak Khalifah Harun Ar-Rasyid, "Sebagai seorang murabbi, maka perbaikan diri adalah jalan awal untuk memberikan nasihat. Karena mata mutarabbimu akan saling terpaut dengan matamu. Apa yang engkau lihat benar adalah apa yang engkau lakukan. Sedang apa yang engkau lihat salah adalah apa yang engkau tinggalkan."

Biarlah Prosa-prosa Tuhan yang Menghiasi Hati

prosa-prosa itu telah hilang dari hati
saudah tak ada bekas sedikitpun disini
yang ada adalah kata demi kata yang tak ada makna
kau tahu kenapa?
karena tak sedikitpun ada cinta lagi yang tersisa untukmu
aku telah menghabiskannya untuk Allah
jadi kini aku mati rasa
aku mati rasa jika hanya sekedar mencintai ciptaanNya
aku mati rasa jika hanya sekedar merindu ciptaanNya
biarlah hati ini hidup dan tersiram sejuknya embun cayhaya iman
yang dulu jasad ini subuk dengan urusan dunia
ruh yang melayang karena haus tanpa iman
biarlah prosa-prosa ilahi yang mengisi relung hati
agar hati ini dipenuhi iman
agar cinta ini kembali pada fitrahnya
pada kemimanan, ketundukan pada penciptaku
yang Dia sungguh menggenggam jiwa dan jasad ini

Sabtu, 29 Maret 2014

Indonesia Hebat; Indonesia Semangat

Saat berdiskusi dengan warga di Kecamatan Depok, Sleman, DIY dalam agenda jaring aspirasi nasional. Mereka sepakat, pemimpin yang baik secara usia adalah yang di bawah 60 tahun. Lebih rinci kisaran 45-55 tahun, terutama untuk presiden. So... Capresnya PKS masuk kriteria ini deh. Dan mereka bilang, Anis Matta cerdas dengan banyak ide dan tulisan yang bagus.

Aher jelas sukses memimpin Jawa Barat jadi provinsi dengan pemanfaatan APBD terbaik. Bisa dilihat daerahnya sekarang. Dan Pak Hidayat, saya kira beliau memiliki integritas yang baik dan beliau gx kalah cerdasnya dengan Anis Matta. Jika di lihat dari sini, ketiganya sangat layak untuk menjadi presiden Indonesia. Minimalnya menjadi wakil presiden. Kita tunggu sikap PKS melihat pandangan masyarakat (meski hanya bagian kecil dari Indonesia ini).

Rabu, 29 Januari 2014

Cintaku di Tutorial PAI UNY 2013

Inilah cinta itu...
Dia memberikan sejuta kenangan indah di dalamnya. Bersama mereka aku mengarungi 2013 dengan senyum, semangat, suka, cita, duka juga ada. Hingga akhirnya kami tutup dengan Laporan Kerja Tahunan Tutorial. Ya inilah Laskar Tutorial PAI UNY 2013.

Mengawali perjumpaan kami dengan sebuah pembahasan yang pada waktu itu kami belum memahami apa itu tutorial. Dibimbing oleh pengurus 2012, kami mencoba melangkah perlahan di awal lalu membuat karya kreatif hingga akhir kepengurusan kami. Banyak hal kami rasa yang membuat cinta itu begitu manis di akhir. Cerita panjang lebar mungkin tidak akan dapat mewakili cinta itu, tapi dia hanya akan melukiskan betapa bahagianya kami ada di sana. Bersama dalam rumah cinta, berjalan bersama-sama dengan catatan masing-masing di halaman rumah kami. Tahukah engkau, cinta itu benar-benar manis, terutama saat kami akan berpisah dalam LKT 18 Januari lalu.