Selasa, 30 Desember 2014

Saksi Hujan


Inilah hujan yang turun makin menderas malam itu. Rasanya, was-was dan harapan saling beradu. Antara kalian yang basah kuyup dan berkali-kali meneduh, juga aku yang di pelataran tak henti-hentinya mengirim do'a.

Kau tau bahwa...
Malam itu tentu menjadi cerita yang dipersaksikan hujan. Aku hanya mengharapkan barakah pun turun sederas hujan yang mengucur dari langit. Seperti do'a-do'a kita saat itu dan saat-saat sebelumnya: allahumma shayyiban naafi'an.

#RintikHujan-13 By Dey Iftinan


Hujan-hujanan dan kedinginan dalam mobil sampe otot terasa beku itu, keren...
Malam yang tak terlupakan!
InsyaAllah

Jumat, 26 Desember 2014

Ada niat dalam hati untuk beranjak pergi darimu, namun aku terlanjur mencintaimu.
Aku terlanjur mencintaimu! Tak bisa pergi begitu saja dari mu. Menghilang seperti hantu yang tak dapat kau lihat. Tapi di saat itu, aku masih bisa melihatmu. Setidaknya keberadaanku tak bisa kau temukan.

Sahabat; Kita yang Terus Saling Berpapasan

Mungkin istilah yang bisa aku gunakan adalah bukan "Kehilangan sahabat". Tapi kita hanya "berbeda prinsip" yang membuat kita berada di ujung jalan yang berbeda. Entah aku juga tak mengerti, apakah kita sedang berjalan menuju arah yang sama atau tidak. Hanya saja, aku selalu merasa kita hanya terus saling berpapasan. Seperti tidak sedang berjalan menuju arah yang sama.
Pada hakikatnya, bagiku kamu tetap sahabatku. Sampai kapanpun! Seperti orang yang berjalan berpapasan. Ada pada suatu titik kita memiliki persamaan yang membuat kita saling berpapasan. Dan itu cukup bagiku untuk tetap menyebutmu sahabat. Meski ada banyak titik pada suatu waktu yang membuat kita bahkan tak saling bertemu. Kita bersebrangan. Mungkin memang salahku yang kurang baik dalam menyampaikan cintaku. Apalagi sifatku yang seperti batu karang. Keras dan terlalu angkuh. Maafkan aku yang memiliki sifat itu.
Pada akhirnya aku hanya tinggal memiliki sebuah harap. Ada masa pada suatu kisah dimana kita akhirnya bisa menuju tujuan yang sama. Bisa berjalan berjajar bersama, karena kita sedang menuju arah, tujuan yang sama. Inilah harapku kepadamu sahabat. Meski aku tak ingin mengatakan kehilangan. Tapi sungguh, itulah yang aku rasakan. Kehilangan!

Rabu, 24 Desember 2014

Rasa Bersalah

Pernah memiliki rasa bersalah? Rasanya seperti sedang menggenggam duri-duri tajam di telapak tangan. Ada rasa sakit yang tersimpan mana kala terjadi perjumpaan. Setiap kali tersebut sebuah nama, memori seolah seperti kaset yang sedang memutar kembali perasaan bersalah itu. Sesuatu yang membuat rasa bersalah ini seperti tak pernah hilang. Ada luka gores yang bekasnya tak bisa begitu saja memudar.
Mungkin bagimu ini hanya hal sederhana yang bisa begitu saja kamu lupakan. Tapi bagiku ini adalah rasa sakit. Kebodohankulah yang akhirnya menciptakan perasaan bersalah itu.

Minggu, 21 Desember 2014

Filosofi Kereta Api; Sebuah Perjalanan


Jadi teringat sebuah perjalanan semalaman penuh menggunakan kereta api menuju Bandung, Jawa Barat tahun 2010 lalu. Aku yang saat itu adalah angkatan termuda di kampus, melakukan perjalanan menggunakan kereta api dalam sebuah tugas. Tapi sayang dalam perjalanan itu aku menghabiskannya hampir penuh dengan berdiri, karena aku naik kelas ekonomi. Tak tangung-tanggung, aku harus berdiri dari Jogja sampai di Tasik. Lumayan bukan? Pertama kalinya aku naik kereta api dan menjadi pengalaman yang masih aku ingat sampai hari ini. Bersama kakak-kakak tercinta satu jurusan menuju Bandung untuk menghadiri agenda Himpunan Mahasiswa jurusan kami. Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mengenai agenda Himpunan Mahasiswa jurusan kami. Aku akan sedikit membagi catatan sederhana ini, mengenai filosofi kereta api yang aku dapatkan dari seorang kakak angkatan di fakultas dulu.
"Seperti sebuah kereta api yang sedang melakukan perjalanan panjang. Saat tiba di sebuah stasiun, maka disana akan ada penumpang yang turun, juga ada penumpag yang naik. Namun ada juga penumpang yang masih melanjutkan perjalanan menuju stasiun berikutnya, dan begitulah seterusnya. Itulah kita yang sedang melakukan perjalanan panjang menggunakan sebuah kereta api."
Entah beliau sedang membicarakan apa, saat itu aku belum begitu mengerti tentang filosofi kereta api yang sedang beliau bicarakan. Beberapa waktu berselang, tepat saat momentum akhir kepengurusan sebuah lembaga Rohis Fakultas, UKMF Jm Al-Ishlah, aku mulai mengerti tentang filosofi kereta api. "Inilah stasiun pemberhentian baginya," kataku. Beliau dan kakak-kakakku yang lain telah sampai di stasiun pemberhentian. Mereka turun satu demi satu dengan menyampaikan pertanggung jawaban masing-masing. Di saat itu, aku dan beberapa temanku harus melanjutkan perjalanan. Dan di saat yang sama, bergantilah penumpang kereta bernama UKMF Jm Al-Ishlah yang kami naiki. Sebuah pergantian kepengurusan lembaga yang menjadi agenda tahunan. Ada yang harus turun tahta, tetapi juga ada yang harus naik, dan ada yang harus bertahan sampai tiba di stasiun pemberhentian selanjutnya.
Aku adalah salah satu penumpang yang harus bertahan di kereta Al-Ishlah bersama teman-temanku yang lain. Masing-masing kami harus duduk di kursi dan gerbong yang telah disediakan. Kali ini aku tidak hanya menjadi penumpang biasa, melainkan aku harus menjadi pemandu sebuah gerbong yang disebut departemen.
Filosofi kereta api ini tidak hanya tentang kereta Al-Ishlah, namun juga tentang kereta lembaga lainnya. Dalam momentum ini aku menjadi berfikir tentang sebuah warisan. Bukan warisan sejumlah uang atau mobil mewah, tapi tentang warisan bekal ilmu untukku mengarungi perjalanan di jalur rel periode kepengurusan. Aku juga harus memikirkan bekal-bekal yang akan aku wariskan kepada generasi yang akan melanjutkanku nanti. Sayang jika dalam perjalanan nanti aku hanya menunjukkan pemandangan-pemandangan indah kepada penumpang yang ada dalam gerbongku. Sedangkan dalam perjalanan nanti, kita juga akan menjumpai beberapa terowongan gelap yang membuat mata ini hanya akan melihat kegelapan di sepanjang terowongan. Jika tak sabar, perjalanan hanya akan menjadi sekedar perjalanan. Hanya lelah yang didapat. Sedangkan banyak hal menarik dalam perjalanan tak dapat dinikmati.
Seperti pengalaman pertamaku menaiki kereta api yang telah aku ceritakan di awal. Aku harus bersabar berdiri dalam perjalanan menuju Bandung. Aku juga harus tetap bersyukur karena tidak duduk sepanjang perjalanan sampai di Bandung. Aduuuuuhhhhhhh...!!! Mantapnyaaa...!! Namun tetap menarik bagiku. Lika-liku dalam perjalanan inilah yang akan memberikan pelajaran berharga untuk para penumpang kereta sebuah lembaga. Lebih-lebih kadang kala kami harus berbagi jalan dengan pedagang asongan yang lalu lalang sepanjang perjalanan. Ada pedagang nasi uduk, serba-serbi minuman, atau kacang godog. Semua ada deh, kecuali pedagang bakso atau mie ayam plus gerobagnya. Hehehe... Yang membuat semakin menarik adalah mereka berjualan lalu lalang berteriak dengan nada yang khas. Bikin perjalanan tambah seru kan? Sebagai perokok pasif, aku juga sering kali merasa tersiksa jika ada para perokok aktif mulai menyalakan sumbunya. Tapi mau bagaimana lagi. Inilah kenikmatan menggunakan kereta api yang tentu inilah kendaraan rakyat macam kami ini.
Dalam momentum akhir tahun ini, aku sengaja sedang merefleksi satu periode perjalanan kereta api yang telah aku tempuh ini. Sementara kereta api sudah hampir sampai di stasiun pemberhentian. Mungkin aku akan turun disana dan bersiap melakukan perjalanan dengan gerbong yang lain. Tak ada kata istirahat! Ada banyak pertanyaan yang terlontar sepanjang momen akhir perjalanan ini. Sudahkah aku melaksanakan tugasku dengan baik? Sudahkah aku banyak mengambil hikmah dan pelajaran dari perjalanan ini? Dan sudahkah aku menyiapkan seorang penerus yang tangguh dan lebih baik dariku, yang akan menggantikanku nanti? Rasa-rasanya aku harus memastikan ini semua. Tak ada kata lalai menjelang akhir. Banyak hal yang harus ditunaikan, agar tak mendzolimi para penumpang yang lain. Setidaknya ada dua ucapan yang ingin aku sampaikan. Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih atas kebersamaan di sepanjang perjalanan kereta yang telah kita tempuh. Dan kedua, aku sampaikan minta maaf atas tutur dan lakuku yang tak baik. Filosofi kereta api. Ada yang harus turun, ada juga yang harus naik, namun ada yang harus bertahan dan melanjutkan perjalanan. Saatnya bagimu melanjutkan perjalanan.

Selasa, 16 Desember 2014

Kado dari Allah

Kadang kita memang harus susah payah untuk mencapai harapan kita. Dan kadang kita juga bisa dengan mudah mencapai harapan kita. Dua kemungkinan ini telah memberikan gambaran tentang sebuah makna keadilan. Bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Mungkin Allah menilai pundak kita tak sanggup membawa beban seberat harapan itu. Sehingga Allah memberikan sebuah beban lain yang sesuai ke pundak kita. Meski kita yakin bahwa pundak kita pasti mampu memikul setiap harapan itu. Sehingga pada suatu masa kita akan mempertanyakan tentang siakp-Nya yang pilih kasih itu.
Tapi yakinlah akan satu hal. Bahwa terkadang kita tak memerlukan sebuah jawaban langsung dari setiap pertanyaan kita itu. Kadang jawaban itu akan datang tanpa kita tunggu-tunggu. Jawaban itu sudah Allah siapkan di masa depan. Kesabaran adalah kunci dari jawaban atas pertanyaan tentang keadilan-Nya. Jawaban yang kita nanti itulah yang akan menjadi ujian dari kesabaran kita. Meski pada masa di depan nanti jawaban itu tak kunjung datang. Tapi yakinlah bahwa Allah tak pernah salah memilih pundak.
Dan lihatlah sekarang. Banyak harapan di masa lalu yang tak semua kita capai. Tapi dengan begitulah kita berada disini saat ini. Bersama-sama berdiri menjalankan setiap keputusan-Nya. Merasakan cinta yang sama di perjalanan yang kita lalui. Allah merahasiakan jawaban itu untuk menguji kita. Agar kita berprasangka baik terhadap takdir-Nya. Agar kita merencanakan dengan baik setiap harapan kita. Berusaha dengan baik untuk mencapai harapan kita. Bersyukur dan bersabar bahwa segala keputusan Allah terhadap kita adalah yang terbaik. Bukankah ini akan menjadikan setiap episode hidup kita lebih romantis? Karena akan ada banyak kado yang Allah berikan pada kita. Dan mungkin kado itu saat ini sudah ada di hadapan kita.


Senin, 08 Desember 2014

Nasihat Bijak

Begitulah Allah, memberikan perasaan yang sama, tapi tidak dalam waktu yang sama. Aku dan dia, pernah merasakan, kau pun sekarang merasakannya.
Agar saat salah satu dari kita patah sayap sebelah, maka yang lainnya menguatkan kita, menggantikan posisi terbang kita. Atau saat terjatuh, maka yang lain membantu kita untk segera bangkit. Atau saat diberi kesempatan merasakan benci, yang lain tetap sibuk memberikan cinta untuk kita.
Hei, senja sebentar lagi habis. Kau sudah berdoa agar segera disiram hatimu yang kekeringan itu?
‪#‎D


Nikmatnya ukhuwah. Selalu ada nasihat disaat lelah.

Sabtu, 06 Desember 2014

Dunia Hujan

Selamat datang di duniaku. Dunia yang sejauh mata memandang hanya akan melihat rintik hujan. Tak akan kamu temukan mentari pagi. Kamu juga takkan melihat rembulan dan bintang-bintang saat malam menjelang. Di duniaku ini kamu hanya akan menemukan payung penuh warna-warna cantik. Duniaku adalah dunia rintik hujan yang akan terjadi sepanjang waktu. Kamu tak perlu khawatir akan kesepian. Karena hujan turun sepanjang waktu. Kamu akan ditemani oleh hujan.
Maaf, di duniaku kamu takkan menemukan pelangi yang penuh warna-warna cantik. Di duniaku ini kamu hanya akan menemukan warna-warna payung hujan. Karena hujan akan terjadi sepanjang waktu. Baik hujan rintik, hujan sedang, bahkan hujan deras berhiaskan petir yang menyambar-nyambar. Sehingga kamu membutuhkan payung. Dan tentunya di duniaku ini amatlah dingin. Kamu perlu menggunakan jas hujan tebal.
Hidup di duniaku hanya akan melakukan dua hal. Bermain hujan penuh keriangan atau hanya duduk menyendiri di balik jendela kamar. Menggambar orang-orangan menggunakan payung dan jas hujan sambil bergandengan tangan. Kamu juga bisa menggambar lukisan jendela berupa rintik-rintik hujan. Hanya itu yang bisa kamu gambar di duniaku. Karena dari balik jendela kamu hanya akan melihat hujan, orang kehujanan, dan payung-payung hujan. Hanya itu saja. Dan inilah duniaku. Dunia hujan!


Rabu, 03 Desember 2014

Bolehkah aku istirahat sejenak?


Sempat terbesit pikiran picik untuk sejenak menghentikan langkah kaki saat perjalanan baru seperempat jalan. Bukan tanpa sebab tentunya. Ada sesuatu dalam hati yang mungkin saat diperbesar menggunakan microscope, akan terlihat sesuatu itu, sebuah titik hitam pekat. Meski tak sebesar rasa tanggung jawab yang harus aku tunaikan, tapi titik hitam itu amat kuat mendesak hati agar menghentikan langkahan kaki ini.
"Jahat!" Ujarku kepada diri sendiri. Amat jahat jika aku berhenti disini, sedangkan rekan-rekanku yang juga merasakan perasaan ini, mereka masih kokoh bertahan. Lalu dialog dalam hatipun terjadi. "Kamu tahu? Aku hanya merasa tak layak untuk bertahan disini. Sesuatu yang bahkan aku sebenarnya tak mengerti. Ini bukanlah passionku. Dan aku, mungkin tak akan bisa bertahan lama di kota ini." Tapi satu sisi aku merasakan tanggung jawab besar yang harus aku tunaikan. Meski itu berat dan harus menangis keras saat malam. "Tidakkah kamu melihat, hal yang sama dialami oleh rekan-rekanmu?" Aku bertanya kepada diri sendiri. Mereka adalah rekan-rekanku, sahabatku yang juga merasakan hal yang sama.
Amanah bagiku adalah cobaan paling berat yang pernah aku alami. Seperti sedang memikul beban berat di pundak. Apalagi aku sebenarnya tak pernah merasa ini adalah sebuah passion, yang membuatku akan melakukan segalanya untuk dapat menunaikannya. Aku tak pernah ada disini sebelumnya. Tapi titik hitam pekat di hatiku ini, lama-lama mulai memudar. Hari-hari berlalu, minggu berganti minggu. Ternyata aku masih bertahan disini. Melangkah tanpa ragu bersama rekan-rekanku yang aku anggap mereka adalah adik-adikku. Sampai akhirnya aku sudah mulai melihat sebuah puncak. Rasanya seperti melihat oase di padang pasir. Rasa dahaga yang mencekik tenggorokan, tiba-tiba basah. Tiba-tiba rasa dahaga itu hilang. Meski aku belum sampai di puncak itu.
Ada banyak hikmah yang kemudian menjadi jalan tarbiyah untukku. Beban pundak yang selama ini berada di pundak telah memberikan banyak sekali pelajaran berharga. Banyak sekali warna yang telah menjadi lukisan indah di kanvas hati ini. Lukisan yang akan aku tempatkan di museum kenangan terbaik di hati ini. Terutama adik-adik yang selama ini bersama ada di sampingku. Mereka mengajarkanku tentang kesigapan, kesetiaan, kematangan berfikir. Mereka juga mengajarkanku tentang cinta yang kadang di sela-sela waktu, wajahku harus menjadi merah padam. Tapi kadang sebuah senyum jadi terkembang saat adik-adikku bercanda tanpa sekat. Kalian turut menjagaku, membantuku sedikit demi sedikit memudarkan titik hitam di hati ini. Terima kasih!
Seperti yang pernah Rasulullah sampaikan kepada Khadijah saat pertama kali menerima wahyu untuk mendakwahkan risalah Islam ini. "Sesungguhnya tidak ada istirahat setelah hari ini." Dan sejak saat aku menerima jalan ini. "Ya... tidak ada istirahat setelah hari ini." Seperti sebuah nasihat, "Ar rahah lir rajuli ghaflah. | Istirahat bagi seorang pemuda adalah kelalaian." Beban di pundak ini adalah bagian tarbiyah dari Allah. Dia adalah salah satu jalan Allah untuk menjagaku agar istiqomah berada di jalanNya. Yang bahkan Allah gambarkan amat berat bagi orang-orang yang lalai. Padahal adik-adik di Haska JMF sudah mengingatkan aku dengan jargonnya, "Laa Rohah lil mukmin illaa fil jannah. | Tiada istirahat bagi seorang muslim kecuali di surga"
Mengawali jalan ini dengan rasa-rasa takut. Kini akhirnya dalam perjalanan ini terlukislah banyak lukisan cinta yang akan terkenang. "Jalan hanya tinggal beberapa meter saja. Puncak sudah terlihat. Ayooooo semangat...!!!" Teriakku kencang. Selamat datang di puncak, dan selamat melanjutkan di perjalanan selanjutnya.
Dan akhirnya aku tutup dengan sebuah pesan cinta dari Allah, "Maka apabila kamu telah selesai (dalam suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap." (QS. Al-Insyirah: 7-8)

#Ra

Senin, 01 Desember 2014

Kisah Hujan


Lagi-lagi tentang hujan. Dan dalam hujan, selalu ada warna yang ingin aku kisahkan. Kali ini aku ingin berkisah tentang jingga. Kamu tahu? Sore ini tak ada jingga. Meski tak ada jingga, hujan telah berkisah dari sejak malam tadi sampai sore ini.
Malam tadi, 29 November. Aku menikmati malam di Jalan Malioboro. Bukan tanpa alasan aku ada di sana saat itu. Aku baru saja dari Rumah Sakit. Ada kisah cinta malam itu. Laskar 9 akan segera punya ponakan baru. Lebih tepatnya saudara kami akan memiliki seorang bayi. Sudah sejak sore hari dia di Rumah Sakit. Tapi malam itu aku memutuskan untuk pulang dari Rumah Sakit. Dengan jalan kaki!
Langkah demi langkah aku tapaki sepanjang Jalan Malioboro. Dalam perjalanan pulang itu aku menemukan banyak kisah di pinggir jalan. Para seniman malam. Mengisi kekosongan dinginnya malam yang diguyur hujan tadi. Dan malam itu akhirnya aku tutup dengan guyuran hujan lebat. Basah semua, dingin tapi aku menikmatinya. Akhirnya aku bisa menikmati malam di Jogja lebih lama dari biasanya, dengan guyuran hujan lebat.
Kisah hujan berlanjut, 30 November. Hari ini, hujan! Berkisah seorang lelaki paruh baya padaku siang tadi. Lagi-lagi tentang kisah hujan. Hujan turun dari sore sampai pagi. Dan siang hujan rintik kecil sampai sore lalu hujan lagi. Padahal hari ini adalah hari istimewa bagi kakak perempuanku. Lebih tepatnya kakak tingkat satu jurusan denganku di kampus. Dia menikah hari ini. Oya dia juga adalah kakak perempuan (kali ini kandung) dari saudaraku di Laskar 9. Romantis bukan? Ada cinta di barisan perjalanan pagi sampai sore ini. Tunggu saja warna yang akan aku kisahkan dalam barisan tulisan selanjutnya.
November dipenuhi kisah hujan. Kisah hujan yang berlanjut sampai akhir November malam ini.
Hujan juga telah mengisahkan hadirnya jas hujan yang dipakai saudariku di Laskar 9. Model terbaru kata temanku. Jas hujan itu berwarna biru. Nampaknya warna kesukaannya. Lalu aku berujar pada teman lamaku itu. "Seperti kamu telah lama hidup di hutan." Teman yang sudah sangat lama tak bercengkrama, saling ejek khas kami dulu. Adikku meledek kepada kami. Kalian itu sedang sama-sama rindu. Mungkin saja kataku dalam hati. Nyatanya itu adalah pertemuan yang cukup panjang di antara kami setelah dua tahun terakhir kami tak ada komunikasi.
Sore di November ini. Tibalah sebuah pesan singkat dari seseorang yang sejak kemarin (29 November) ada di Rumah Sakit menemani istrinya tercinta. Boy, belikan aku madu untuk istriku. Istriku melahirkan. Sangat singkat dan sangat mengejutkanku. Tapi aku benar-benar bahagia. Aku punya "ponakan" baru. Laskar 9 punya ponakan baru. Akhirnya, lengkaplah kisah tentang hujan di November ini. Kisah hujan tanpa warna jingga di akhir November ini.

#Ra