Kamis, 04 Juni 2015

Tentang Senja dan Surat yang tak Beralamat


Seperti senja-senja sebelumnya. Hadirnya membawa jingga di hamparan langit, juga di dinding-dinding hati. Ada perasaan yang terwakili olehnya. Ingatan-ingatan lama yang dipaksa untuk kembali hadir. Yang kemarin saat hujan tersapu bersih, larut begitu saja. Sebuah kenangan. Kita yang sempat mengabadikannya dalam sebuah gambar, yang senja ini ku pasang di beranda hati ku.

Tiba-tiba rindu hadir dan senja, dia seperti memahami untuk siapa rindu ini.

Seperti senja-senja yang belum lama ini ku lalui. Detik-detik itu aku lalui sendiri, seperti biasanya. Ku buat sepucuk surat tak beralamat, yang jelas-jelas itu untuk mu. Entah kamu tahu atau tidak. Surat yang dibuat saat hati seperti senja hari ini. Saat jingga perlahan menghitam. Kamu bertanya tentang warna merah yang tengah membara di hati mu. Konon ada energi yang membuncah. Seperti air mendidih, geram dengan situasi yang tak menentu. Aku? Seperti sebelum-sebelumnya. Menyerah dan kalah dengan argumen mu.

Dan seperti sebelum-sebelumnya. Aku pasrahkan semuanya kepada Tuhan yang menciptakan senja. Kepada yang menciptakan rindu ini.

2 komentar: