Rabu, 24 Juni 2015

Jawaban Mu tidak dalam Mimpi

Akhirnya Engkau jawab pertanyaan ku malam itu. Pertanyaan yang aku sampaikan dengan berlumuran air mata. Sesak dada rasanya. Ada perasaan yang begitu menghimpit karena saat itu aku terlambat melibatkan Mu dalam perkara ini. Atau justru seharusnya aku libatkan Engkau dalam setiap urusan ku. Dan aku, aku sungguh lalai. Aku sunggh merasakan teguran Mu malam itu. Seperti Engkau sedang menampar ku, menarik ku ke dalam tempat sujud untuk membicarakan banyak hal. Mengevaluasi setiap keputusan yang aku lalai untuk melibatkan Mu.

Oh Allah, teguran Mu malam itu membuat hati berkecamuk dan dada begitu terasa sempit. Aku menangis sejadi-jadinya.

Padahal Engkau tak pernah lalai kepada ku. Benar saja, Engkau langsung jawab pertanyaan malam itu. Tak butuh waktu lama bagi Mu menjawab pertanyaan seorang hamba yang lalai seperti ku. Tidak dalam mimpi dan memang tidak harus di dalam mimpi. Engkau langsung hadirkan jawaban dari pertanyaan ku malam itu di hadapan mata ku. Seketika, Engkau timpakan sebuah "beban" di pundak yang lemah ini. Yang bahkan seorang Umar bin Khatab pun merasa berat memikulnya. Lalu bagaimana dengan hamba Mu yang satu ini, wahai Allah? Siapalah aku ini?

Tentu aku tetap meyakini bahwa ini adalah bagian dari rencana indah Mu. Aku juga meyakini bahwa tak ada beban tanpa pundak yang sanggup memikulnya. Engkau tentu tidak akan membiarkan pundak seorang hamba memikul beban yang tak sanggup ia pikul. Engkau lah Maha adil dan bijaksana. Engkau hanya ingin hamba Mu kembali kepada Mu dalam keadaan mulia. Dan ujian adalah salah satu cara untuk memuliakan hamba Mu. Allah, tentu Engkau tahu tentang hati yang bergetar takut kepada Mu ini. Kuatkanlah Allah, sehingga aku mampu untuk memantaskan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar