Minggu, 21 Juni 2015

Kisah Senja ini di Bulan Ramadhan


Hari ini, di senja pada bulan Ramadhan, tibalah sebuah kereta api di sebuah stasiun bernama Stasiun Pemberhentian. Seperti sudah sunatullah, saat itu ada penumpang yang turun, juga ada penumpang yang naik. Kereta api akan melanjutkan perjalanannya menuju ke stasiun pemberhentian selanjutnya. Melakukan perjalanan yang panjang dengan membawa perbekalan yang ada. Ada harapan kita akan menjumpai sebuah rel kereta yang melalui jalur-jalur perbukitan. Naik turun hingga saat kita sampai di sebuah tempat yang indah. Terlihat sebuah pemandangan sawah dan ladang. Petani sibuk menyiangi sawah dan ladang. Burung-burung bangau sedang mencari nafkah. Ada yang mendapatkan santapan lezat senja itu. Perjalanan saat itu membuat hati lebih sejuk, mulut memuji namaNya atas keindahan ciptaanNya.


Sayangnya tidak semua perjalanan akan terasa sedemikian indah. Kita meyakini ada kalanya kita akan menjumpai terowongan panjang nan gelap. Ada cahaya dan itu hanya ada di ujung terowongan. "Kita harus mencapainya," ucap ku. Lebih penting dari itu adalah sebuah pilihan sikap. Kita akan menjadi manusia yang bersyukur atau kufur. Menjadi manusia yang yakin atau ingkar. Hal ini juga sebuah sunatullah. Kita hanya dihadapkan pada sebuah pilihan sikap dan kita harus bertanggung jawab dengan pilihan sikap tersebut.

Kereta api ini tidak pernah menjanjikan sebuah perjalanan yang menyenangkan, kereta api ini hanya menjanjikan sebuah perjalanan, hanya itu. Sekali lagi, hanya menjanjikan sebuah perjalanan. Kita yang akan membuat perjalanan ini menjadi menyenangkan, biasa-biasa saja, atau perjalanan yang tidak hanya menyenangkan tapi juga kenangan. Perjalanan itu akan menjadi kenangan jika hanya ada hati yang hadir disana. Ada cinta yang menyertai perjalanan itu. Bukan hanya berbicara tentang sebuah beban, lelah, atau kewajiban. Sekali lagi tentang perjalanan cinta. Perjalanan yang menghadirkan cinta. Tentu cinta itu lahir dari buah ketulusan bukan keterpaksaan. Sehingga kita mampu menikmati buah dari ketaatan kita kepada Allah yang Maha mengetahui.

Aku amat yakin, rencanaNya jauh lebih indah daripada rencana dalam proposal hidup yang telah aku ajukan kepadaNya.

Benar perjalanan ini berat, benar perjalanan ini sakit, tapi ingat ada saat dimana kita jumpai perjalanan indah. Dan itu hanya akan dapat dirasakan jika hati ini memiliki cinta dan cinta itu sekali lagi adalah buah dari ketulusan. Mari kita melakukan perjalanan ini dengan hati riang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar