Senin, 09 Juli 2012

Di Mana Dia?


Pagi itu, tepat pukul 06.05 WIB aku putuskan untuk jalan-jalan sejenak. Menikmati keindahan alam sebuah dusun yang menjadi agenda bakti sosial salah satu organisasi kerohanian islam di kampsuku. Separuh jalan menapaki jalanan corcoran semen, teringan dua tahun silam saat aku dan sauadara-saudaraku melakukan agenda yang sama di sini. Teringat saat kita bersama-sama membersihkan jalanan dusun, membuka pasar murah untuk warga dusun, mengajar adik-adik TPA Al-Muttaqin, dan mengadakan pengajian akbar di dusun ini. Semuanya terasa seperti kembali ke masa lalu.Sembari menyusuri jalanan ini, aku membayangkan indahnya masa dulu. Kebersamaan yang begitu hangat, kebersamaan yang tak terlupakan. Kemudian, sejenak aku berhenti di sebuah tebing. Memandangi bukit-bukit, jalan-jalan yang nampak kecil, hamparan embun pagi yang menyelimuti tiap pohon yang bertengger di sejauh mata memandang,  langit dan awan pagi itu. Mereka begitu padu, hingga memikat mata ini tak jemu memandangnya

Senin, 02 Juli 2012

Si Kepala Kotak

Hari ini saya tergelitik dengan sebuah update status dan tulisan beberapa orang yang muncul di beranda saya. Serasa kembali pada masa-masa saat aku tidak menjadi orang yang saat ini. Perubahan drastis ini juga yang membuat sahabat-sahabat di masa SMP/A ku menjadi heran. Perubahan ini bagi ku sebuah pilihan dan semoga ini adalah pilihan yang Allah gariskan untukku.
Berawal dari sebuah update status yang menggambarkan kefanatikan. Dia seolah menganggap dirinya itu sedang menjadi orang yang netral dan sebaliknya, dia sedang menganggap orang lain fanatik. "Ngapain sih so suci gitu?" atau "Merokok kan hak gue, ngapain lo ngelarang-ngelarang. Dasar fanatik..." Yah banyak lagi lainnya. Coba kita cerna baik-baik, bukankah kalimat-kalimat itu juga menunjukkan kefanatikan diri mereka sendiri?