Senin, 02 Juli 2012

Si Kepala Kotak

Hari ini saya tergelitik dengan sebuah update status dan tulisan beberapa orang yang muncul di beranda saya. Serasa kembali pada masa-masa saat aku tidak menjadi orang yang saat ini. Perubahan drastis ini juga yang membuat sahabat-sahabat di masa SMP/A ku menjadi heran. Perubahan ini bagi ku sebuah pilihan dan semoga ini adalah pilihan yang Allah gariskan untukku.
Berawal dari sebuah update status yang menggambarkan kefanatikan. Dia seolah menganggap dirinya itu sedang menjadi orang yang netral dan sebaliknya, dia sedang menganggap orang lain fanatik. "Ngapain sih so suci gitu?" atau "Merokok kan hak gue, ngapain lo ngelarang-ngelarang. Dasar fanatik..." Yah banyak lagi lainnya. Coba kita cerna baik-baik, bukankah kalimat-kalimat itu juga menunjukkan kefanatikan diri mereka sendiri?
Ada hal lain juga yang membuat perut ini semakin tergelitik. "Hati-hati sama mereka yah? Mereka itu punya kepentingan." Atau "Selama aku ada di sini, aku akan menghilangkan segala bentuk kepentingan, terutama kepentingan politik." Atau mungkin pembaca memiliki kalimat-kalimat indah lainnya yang menunjukkan kepentingan diri atau kelompok anda?
Bila kita cermat dengan yang kita katakan ini, pada dasarnya juga menunjukkan kepentingan. Apakah kalimat "Selama aku ada di sini, aku akan menghilangkan segala bentuk kepentingan, terutama kepentingan politik." tidak menunjukkan kepentingan? Sangat jelas, kalimat itu adalah kepentingan. Jadi mau sampe matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, dan berulang kali seperti itu. Yang namanya kepentingan tidak akan sampai pada titik nol.
Ada hal lain lagi dan ini yang membuat aku jadi ingin menulis paragraf demi paragraf ini, "Kepala kotak". Hah.....!!!! Apaan itu? Jadi ingat sama danbo. Sebuah boneka dari kardus yang berbentuk kotak, lucu, dan sering dipasang sebagai sampul, foto profil, atau update kalimat-kalimat motivasi oleh teman-teman di FB, dan saya juga pernah pasang boneka berkepala kotak ini.
Ternyata saya salah kira, yang dimaksud bukanlah hal itu. Maksud dari kepala kotak ini adalah seseorang yang dianggap kaku dan fanatik, atau initinya kaya batu atau benda padat lainnya. Jika ditaruh di dalam gelas, botol, atau tempat lainnya, bentuknya tidak akan berubah.
Jadi ingat kata-kata salah seorang kakak tingkatku yang kurang lebih beliau berbicara seperti ini. "Seorang da'i itu seperti air, ketika dia ditaruh dalam sebuah gelas maka bentuknya akan menyerupai gelas. Jika ditarus dalam sebuah botol, maka bentuknya akan menyerupai sebuah botol. Ketika ia dibendung, maka dia akan mencari celah-celah kecil untuk dapat masuk/keluar dari bendungan itu." (Afwan akh kalo salah redaksi).
Terkadang kita berfikir telah berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sekitar kita. Terkadang kita berfikir, kita sudah berhasil menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di sekitar kita. Dan terkadang kita berfikir, bahwa tindak tanduk kita telah sesuai dengan kondisi di sekitar kita.

Tapi pada kenyataannya, belum. Kita belum berhasil melakukan penyesuaian diri. Hal ini juga yang sedang seseorang rasakan. Dia berfikir telah berubah dari kondisinya yang dahulu. Tapi kenyataannya, dirinya belum sepenuhnya berhasil menyesuaikan diri dengan kondisi di lngkungan sekitarnya. Tapi hal ini juga bukan menjadi alasan untuk berhenti. Seperti air yang terus berusaha mencari celah-celah kecil untuk dapat keluar dari bendungan yang menghadangnya. Jika di percobaannya yang ke 999 kali Thomas Alva Edison hentikan, maka belum tentu pada hari ini kita dapat menikmati terangnya cahaya lampu.
Hal yang menjadikan dia bersyukur adalah, dirinya saat ini, tidak sekeras, sefanatik, atau sekaku seperti dulu. Orang yang gampang marah, ringan tangan, keras kepala, tidak pernah mau instropeksi diri, dan lain sebaginya. (Semoga beliau istiqomah, amin...)
Tapi juga bukan berarti kesalahan adapada diri dia sepenuhnya. Mungkin memang kondisi di lingkungan itulah yang belum dapat mengkoreksi diri. Sehingga selalu menyalahkan kondisi seseorang yang sedang berproses. Tapi juga bukan berarti hal ini menjadi pembenar. Maka dari itu, koreksi diri itu adalah jalan terbaik.
Dari beberapa hal yang telah disampaikan dalam paragraf di atas, yang dapat kita lakukan adalah selalu instripeksi diri. Belajar untuk memahami seseorang dan memahami sesuatu yang kita lihat dan kita dengar dengan baik. Sehingga kita tidak mudah untuk mengeluarkan pernyataan yang sesungguhnya kata-kata itu juga telah menembak diri sendiri. Pelajaran lainnya adalah, jangan mudah menyerah dengan upaya yang kita lakukan. Mungkin di percobaan kita yang ke 1001 kali akan membuahkan hasil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar