Sebuah pesan berharga yang tidak terlupakan dari seorang kakak dan saudara,
"Walaupun proker itu penting, tapi jangan sampai proker itu membuat
diri jadi kolaps. Namun juga jangan sampai terlenakan dengan ukhuwah.
Berjalanlah seimbang..."
Jazakumullah akhi... Pesan yang sangat berharga bagiku, dan aku ingin berbagi pesan ini pada yang lainnya.
Hari
ini kembali teringat perjuangan awalku di jalan ini. Jalan yang belum
pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Jalan yang mungkin bagiku dalam
posisi kejahilanku dulu, adalah merusak mimpi-mimpiku. Jalan yang
ternyata mempertemukan aku dengan orang-orang dahsyat. Jalan yang
merubah segalanya, cara pandang, pola pikir, tindak tandukku, dan
beberapa hal lainnya. Subhanallah... Allahuakbar...!!!!
Hari
ini aku ingin membaginya bersama yang lain. Membagi sebuah pesan
berharga dari seorang kakak yang memberiku banyak inspirasi. Sosok yang
di dalamnya ku menemukan jiwa seorang kakak bagiku. Sosok yang
kehadirannya aku rindukan. Dia kini sedang menempuh jalan hidupnya di
kota lain. Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim... Lindungilah beliau, berilah
keistiqamahan baginya untuk senantiasa teguh dalam jalan ini. Amin...
Kembali
pada topik. Pesan itu ternyata sangat penting. Jangan sampai kita
kolaps, baik jasadiyah, ruhiyah, dan fikriyah kita. Berjibaku dengan
sebajibun proker tapi ternyata terkadang kita melupakan asupan ruhiyah
dan jasadiyah, hingga akhirnya kolaps. Satu persatu lepas dan tak bisa
terpegang kembali. Atau kita disibukkan dengan urusan ukhuwah tapi lupa
pada urusan proker dan agenda pembinaan lainnya. Hal ini juga kurang
baik, justru akan membuat jenuh. Tak ayal, ternyata banyak diantar
pemimpin merenarpkannya dengan metode keotoriteran diawal dan memberikan
kelonggaran pada akhirnya. Sedikit demi sedikit dalam wilayah kategori
cukup urgent diberikan kelonggaran, dan terkadang diatur sedemikian rupa
dalam wilayah yang lainnya. Misalnya dalam urusan pembinaan, asupan
tsaqofah, atau pengecekan kondisi ruhiyah, pemimpin sedikit otoriter.
Atau dalam wilayah ukhuwah internal lembaga, terkadang pemimpin cukup
otoriter dalam penentuan agenda, terkadang juga sedkit melonggarkan
seperti memimta pendapat pengurus lainnya. Ada wilayah khusus untuk
dapat dikerjakan secara mandiri oleh pengurus, misalnya urusan-urusan
berkaiatan internal divisi atau departemen. Tapi sekali lagi, lembaga
ini harus berjalan secara seimbang. Tak hanya fokus pada proker, pun
juga tidak terlalu fokus pada urusan ukhuwah, dan asupan tsaqofah dan
jasadiyah.
Jadi ketika merasakan kesendirian dalam
kepengurusan, saya rasa wajar-wajar saja. Baik itu pemimpin lembaga atau
pemimpin departemen. Karena dalam beberapa wilayah dia harus mengkonsep
untuk berjalannya lembaga secara seimbang. Oleh karena itu, asupan gizi
dalam wilayah ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah menjadi wilayah yang
sangat penting. Semakin sibuk, justru seharusnya semakin rutin asupan
gizinya, agar tidak kering seperti filosofi sebuah lilin. Sangat
disayangkan sekali jika kemudian hal ini menyebabkan kondisi kita
menjadi futur. Jika kita futur, bagaimana dengan jundi-jundi kita nanti.
Nah, harus ada jadwal dan mutabaah untuk mengontrol asupan gizi kita.
Akhi... Pesanmu sangat berharga bagiku. Dalam beberapa paragraf ini, inginku bagi dengan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar