Rabu, 03 Desember 2014

Bolehkah aku istirahat sejenak?


Sempat terbesit pikiran picik untuk sejenak menghentikan langkah kaki saat perjalanan baru seperempat jalan. Bukan tanpa sebab tentunya. Ada sesuatu dalam hati yang mungkin saat diperbesar menggunakan microscope, akan terlihat sesuatu itu, sebuah titik hitam pekat. Meski tak sebesar rasa tanggung jawab yang harus aku tunaikan, tapi titik hitam itu amat kuat mendesak hati agar menghentikan langkahan kaki ini.
"Jahat!" Ujarku kepada diri sendiri. Amat jahat jika aku berhenti disini, sedangkan rekan-rekanku yang juga merasakan perasaan ini, mereka masih kokoh bertahan. Lalu dialog dalam hatipun terjadi. "Kamu tahu? Aku hanya merasa tak layak untuk bertahan disini. Sesuatu yang bahkan aku sebenarnya tak mengerti. Ini bukanlah passionku. Dan aku, mungkin tak akan bisa bertahan lama di kota ini." Tapi satu sisi aku merasakan tanggung jawab besar yang harus aku tunaikan. Meski itu berat dan harus menangis keras saat malam. "Tidakkah kamu melihat, hal yang sama dialami oleh rekan-rekanmu?" Aku bertanya kepada diri sendiri. Mereka adalah rekan-rekanku, sahabatku yang juga merasakan hal yang sama.
Amanah bagiku adalah cobaan paling berat yang pernah aku alami. Seperti sedang memikul beban berat di pundak. Apalagi aku sebenarnya tak pernah merasa ini adalah sebuah passion, yang membuatku akan melakukan segalanya untuk dapat menunaikannya. Aku tak pernah ada disini sebelumnya. Tapi titik hitam pekat di hatiku ini, lama-lama mulai memudar. Hari-hari berlalu, minggu berganti minggu. Ternyata aku masih bertahan disini. Melangkah tanpa ragu bersama rekan-rekanku yang aku anggap mereka adalah adik-adikku. Sampai akhirnya aku sudah mulai melihat sebuah puncak. Rasanya seperti melihat oase di padang pasir. Rasa dahaga yang mencekik tenggorokan, tiba-tiba basah. Tiba-tiba rasa dahaga itu hilang. Meski aku belum sampai di puncak itu.
Ada banyak hikmah yang kemudian menjadi jalan tarbiyah untukku. Beban pundak yang selama ini berada di pundak telah memberikan banyak sekali pelajaran berharga. Banyak sekali warna yang telah menjadi lukisan indah di kanvas hati ini. Lukisan yang akan aku tempatkan di museum kenangan terbaik di hati ini. Terutama adik-adik yang selama ini bersama ada di sampingku. Mereka mengajarkanku tentang kesigapan, kesetiaan, kematangan berfikir. Mereka juga mengajarkanku tentang cinta yang kadang di sela-sela waktu, wajahku harus menjadi merah padam. Tapi kadang sebuah senyum jadi terkembang saat adik-adikku bercanda tanpa sekat. Kalian turut menjagaku, membantuku sedikit demi sedikit memudarkan titik hitam di hati ini. Terima kasih!
Seperti yang pernah Rasulullah sampaikan kepada Khadijah saat pertama kali menerima wahyu untuk mendakwahkan risalah Islam ini. "Sesungguhnya tidak ada istirahat setelah hari ini." Dan sejak saat aku menerima jalan ini. "Ya... tidak ada istirahat setelah hari ini." Seperti sebuah nasihat, "Ar rahah lir rajuli ghaflah. | Istirahat bagi seorang pemuda adalah kelalaian." Beban di pundak ini adalah bagian tarbiyah dari Allah. Dia adalah salah satu jalan Allah untuk menjagaku agar istiqomah berada di jalanNya. Yang bahkan Allah gambarkan amat berat bagi orang-orang yang lalai. Padahal adik-adik di Haska JMF sudah mengingatkan aku dengan jargonnya, "Laa Rohah lil mukmin illaa fil jannah. | Tiada istirahat bagi seorang muslim kecuali di surga"
Mengawali jalan ini dengan rasa-rasa takut. Kini akhirnya dalam perjalanan ini terlukislah banyak lukisan cinta yang akan terkenang. "Jalan hanya tinggal beberapa meter saja. Puncak sudah terlihat. Ayooooo semangat...!!!" Teriakku kencang. Selamat datang di puncak, dan selamat melanjutkan di perjalanan selanjutnya.
Dan akhirnya aku tutup dengan sebuah pesan cinta dari Allah, "Maka apabila kamu telah selesai (dalam suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap." (QS. Al-Insyirah: 7-8)

#Ra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar