Sabtu, 25 Oktober 2014

Memberi Cinta

Memberikan cinta adalah hal sederhana yang kadang tak semua orang bisa melakukannya. Memberikan cinta bukan perkara rumit yang harus disyurakan panjang lebar, seperti saat akan menentukan sebuah kebijakan. Cinta, kata sederhana yang semua orang memilikinya di hati. Cinta adalah kata kerja, kata Anis Matta. Cinta berbicara tentang memberi, bukan meminta. Para pencinta sejati selamanya hanya bertanya: "Apakah yang akan kuberikan?" Tentang kepada "siapa" sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder, sekali lagi kata Anis Matta. Artinya, kepada siapa cinta itu akan diberikan tidak menjadi persoalan.
Cinta itu memberikan bukan menuntut atau meminta. Kalo meminta, nanti malah bisa punya gelar "Pengemis Cinta". Padahal setiap orang punya cinta, meski dengan kadarnya masing-masing. Ada yang hanya mampu mengatakannya saja. Cintanya terdefinisikan dalam kata-kata. Ada pula yang mampu memberikan sesuatu atau dalam bahasa lainnya berkorban. Waahhhh... Mantap nih jika sudah sampai mampu berkorban. Tapi tetap ada batas-batasnya yah, tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan juga tidak baik. Sama seperti saat seseorang mencintai Rasulullah. Mencintai Rasulllah itu boleh tapi jika berlebihan akan jadi syirik.
Tentang memberikan cinta, meski kepada siapa cinta akan diberikan tidak jadi soal, tentunya ada kondisi hati yang kadang cendrung condong pada satu diantara banyak objek cinta. Dalam urusan cinta, Aisyah adalah istri yang paling dicintai oleh Rasulullah diantara istri-istrinya yang lain. Maka inilah fitrahnya cinta. Cinta tetap memilih.
Allah anugerahkan cinta untuk menjadikan manusia menjadi benar-benar manusia. Dengan cinta itu manusia akan bertumbuh. Karena cinta itu memiliki energi untuk menumbuhkan. Jika cinta itu justru menghancurkan, maka itu bukanlah cinta. Melainkan sebuah nafsu yang salah teridentifikasi menjadi cinta. Bisa kita lihat bagaimana cinta itu kemudian saling menumbuhkan di antara Rasulullah dengan istri-istrinya. Dalam urusan dakwah, para istri justru tak menghambat dakwahnya Rasulullah. Para istri justru membantu dalam perjalanan dakwahnya beliau. Lihatlah Aisyah, adalah wanita yang paling banyak meriwayatkan hadis. Artinya wanita cerdas yang menikah dengan Rasulullah itu justru tumbuh semakin cerdas.
Maka sebagai manusia kita memiliki sebuah tanggung jawab besar untuk menjaga kefitrahan dari cinta. Tak begitu gampangnya memberikan cinta pada semua orang tanpa batas, sehingga dalam perjalannya justru cinta itu menghancurkannya. Maka pandai-pandailah dalam merawat cinta. Sehingga saat waktunya tiba cinta itu diberikan kepada orang lain dan kita menerima cinta yang sama dari orang lain. Cinta itu akan saling menumbuhkan dua insan yang tersatukan oleh beberapa ikrar kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar