Minggu, 26 Oktober 2014

Manusia dan Beban di Pundaknya #1

Manusia adalah makhluk yang tumbuh. Manusia memiliki tiga pilar yang menopang dan menjadikannya sebagai manusia yang hidup. Ketika manusia tumbuh, ketiganya juga mengalami proses tumbuh itu. Ketiganyalah yang kemudian menjadikan manusia memiliki kapasitas yang kemudian keberadaannya akan sangat diperhitungkan. Kapastias inilah yang akan menjaga eksistensinya sebagai manusia dalam menjalankan aktivitasnya sebagai manusia di bumi. Menjadi hamba Allah dan melaksanakan tatanan kehidupan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam aturan yang Allah wahyukan kepada hambaNya yang mulia, Nabi Muhammad Saw.
Manusia adalah manusia dengan segala macam potensi dan kekurangannya. Tiga pilar pembentuknya itulah yang kemudian akan membantunya menjalani aktivitasnya sebagai manusia. Memikul beban dengan pundaknya tapi karena dia adalah manusia yang memiliki tiga pilar pembentuknya, maka dia akan bertindak layaknya manusia; bekerja dengan cara-cara manusia. Tidak seperti superman yang memikul bebannya sendiri. Karena kita bukanlah superman dan kita hanyalah seorang manusia biasa, maka kita akan memikul beban itu layaknya manusia. Tiga pilar penopang manusia itu adalah akal, ruh, dan jasad yang semoga dengan rahmat Allah, aku dapat memberikan gambaran ketiganya dalam menopang manusia.
Akal adalah nikmat besar yang Allah titipkan kepada manusia. Nikmat yang disebut hadiah ini menunjukkan kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan. Oleh karenanya dalam banyak ayat Allah memberikan spirit kepada manusia untuk menggunakan akalnya. Misalnya dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra'ad ayat 4 ini, "Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS Ar-Ra'd: 4). Manusia yang berfikir dia mengetahui potensi dan kelemahannya sekaligus. Keberadaan akal akan membantu manusia berfikir. Sehingga dia mampu bertindak dengan nalar-nalar kemanusiaannya dan tidak menjadikannya bersikap berlebih-lebihan, yang pada akhirnya justru membuatnya kepayahan.
Manusia yang cendrung mengabaikan akal pada akhirnya dia akan menjadi jumud. Akalnya bebal dan hal ini adalah sesuatu yang tidak Allah sukai. "Dan mereka berkata: 'Kalaulah kami dahulu mendengar dan memahami (sebagai orang yang mencari kebenaran), tentulah kami tidak termasuk dalam kalangan ahli neraka'." (QS Al-Mulk: 10). Sangat keras peringatan Allah ini dalam Al-Qur'an. Akal manusia inilah yang kemudian menjadikannya bertumbuh. Manusia akan berfikir bagaimana dia bertahan dari berbagai ujian yang Allah berikan kepadanya. Tak menganggap ujian ini remeh tapi juga tak menjadikannya terlampau berat. Karena dia dapat berfikir untuk mengenali dan peka bahwa ujian ini hakikatnya adalah hal lumrah yang akan dia temui. Dia juga akan dapat berfikir jernih tentang keberadaan Allah yang memberinya ujian agar dia menjadi seutuhnya manusia. Dan beban itu pasti akan selalu mampu dipikul oleh pundak, karena ujian itu adalah pemberian dari Allah. Kejernihan berfikir ini tentunya karena dia menggunakan akalnya. Membekalinya dengan ilmu yang akan membimbingnya dalam memikul beban di atas pundaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar