Senin, 01 April 2013

Tadabbur Ayat بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا


(Usman Jakfar)
Tadabbur Ayat

بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا


Allah SWT berfirman di dalam surah Hud ayat 41-42

وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ  وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ

Dan (ketika itu) berkatalah Nabi Nuh (kepada pengikut-pengikutnya yang beriman): "Naiklah kamu ke bahtera itu sambil berkata: 'Dengan nama Allah bergerak lajunya dan berhentinya'. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani."(Mereka semua naik) dan bahtera itupun bergerak laju membawa mereka dalam ombak yang seperti gunung.

Kata مَجْرَاهَا di dalam ayat ini menurut ilmu tajwid di baca secara imaalah (tidak di baca fathah dan tidak juga dibaca kasroh, tetapi dibaca antara keduanya -- majreha --). 
Menurut ulama bahasa Arab, bacaan seperti ini bukan tidak ada korelasi antaranya dengan kondisi real saat kapal Nabi Nuh AS berlayar. Saat kapal Nabi Nuh AS ini berlayar di lautan lepas, mengharungi gelombang laut yang sangat luar biasa tingginya (di dalam ayat itu sendiri disebutkan ombak yang setinggi gunung) tetapi tetap saja tidak membahayakan kapal tersebut, bahkan bacaan imaalah pada kata مجراها menunjukkan betapa indahnya pelayaran tersebut. 

Ulama bahasa mengatakan: jika kata مجراها dibaca dengan fathah, maka itu menunjukkan bahwa kapal tersebut dilemparkan setinggi-tingginya oleh ombak yang setinggi gunung tadi, dan jika dibaca kasroh, maka menunjukkan kapal tersebut ditenggelamkan oleh ombak yang setinggi gunung itu juga. Tetapi jika dibaca dengan imaalah menunjukkan kapal itu berlayar ikut tinggi rendahnya gelombang laut, saat gelombang itu turun kapal ikut turun, saat gelombang itu tinggi kapal tersebut juga ikut tinggi, dan begitulah seterusnya, sampai akhirnya kapal tersebut berlabuh dengan selamat.

Ini kesemuanya adalah berkat rahmat Allah SWT sebagaimana yang disebutkan pada sambungan ayat tersebut. Padahal jika Allah mau menenggelamkan kapal tersebut, maka tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya. Allah berfirman di dalam surah Yasin:

وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (41) وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ (42) وَإِنْ نَشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُونَ (43) إِلَّا رَحْمَةً مِنَّا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ (44

"Dan satu dalil lagi untuk mereka (insaf) ialah, Kami membawa belayar jenis keluarga mereka dalam bahtera yang penuh sarat;  Dan Kami ciptakan untuk mereka, jenis-jenis kenderaan yang sama dengannya, yang mereka dapat mengenderainya. Dan jika kami kehendaki, kami boleh tenggelamkan mereka; (kiranya Kami lakukan yang demikian) maka tidak ada yang dapat memberi pertolongan kepada mereka, dan mereka juga tidak dapat diselamatkan, Kecuali dengan kemurahan dari pihak Kami memberi rahmat dan kesenangan hidup kepada mereka hingga ke suatu masa."

Sekali lagi, selamatnya kapal Nabi Nuh ini juga karena semata rahmat Allah SWT.

Jika dihubungkaitkan cerita pelayaran kapal Nabi Nuh AS ini dengan Jamaah Dakwah, maka boleh jadi Jamaah dakwah ini juga mungkin akan menghadapi badai, sebagaimana badai yang dihadapi oleh kapal Nabi Nuh AS saat berlayar. Jika pelayaran kapal tersebut begitu indahnya dijelaskan oleh Allah SWT melalui bacaan Imaalah, maka harapan kita juga semoga saat jamaah dakwah ini menghadapi badai, juga bisa berlayar mengharungi badai yang setinggi gunung tadi dan pada akhirnya bisa selamat sampai ke tujuan. Hanya perlu diingat orang-orang yang berada di dalam kapal tersebut mestilah senantiasa menjaga hubungannya dengan Allah SWT, sehingga Rahmat Allah SWT bisa didapatkan.


Malaysia, 1 April 2013

Usman Jakfar


Sumber: http://www.pkspiyungan.org/2013/04/tadabbur-ayat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar