Sabtu, 24 Januari 2015

Tentang Analogi Memikul Beban


Membuat daftar tunggu itu seperti sedang mengatur setiap jeda agar tak hanya menguap. Berlalu begitu saja jarum jam yang beputar. Namun begitu hati hadir dalam setiap pengamatan. Maka jarum jam yang berputar tidak hanya terlihat berputar-putar tiga ratus enam puluh derajat tanpa henti secara fisik. Kita akan memahami bahwa ada detik-detik yang hilang pada setiap langkahan jarum jam. Kita akan mulai sibuk berfikir. Betapa bodohnya membiarkan diri ini terjebak dalam jeda waktu yang berlalu. Membiarkan kisah hanya menjadi masa lalu yang patut dilupakan.
Kadang aku berfikir hidup ini seperti kita sedang bermain catur. Sebenarnya kita hanya akan memainkan dua buah jenis warna bidak hitam atau putih. Masing-masing warna bidak memiliki bentuk, nama, dan fungsi bidak yang berbeda. Jumlah yang telah disesuaikan dan cara kerja yang juga sudah disesuaikan. Kita hanya butuh sebuah strategi agar kita bisa mengalahkan lawan dari bidak kita, skakmat. Itulah sebuah daftar tunggu. Sebuah perencanaan yang tidak sekedar daftar mimpi yang kelak akan usang dan menguap. Benar-benar sukses untuk menjadi mimpi tapi tak ada realisasi.
Maka tak heran jika sering kita menemukan seseorang merasa beban yang dia pikul begitu berat. Menghilang, melarikan diri seperti hantu. Dia ada tapi tak bisa kita temukan. Padahal setiap beban telah diukur. Apalagi kita sudah membuat daftar tunggu. Sehingga kita dapat membuat strategi untuk memikul beban itu. Lagi pula pundak kita tidak menjadi satu-satunya pundak. Pun ada Allah yang bisa menjadi sandaran saat kita lelah. Adukan saja pada-Nya biar pundak kita dikuatkan, lutut dikokohkan, dan hati dimantapkan. Apalagi ada banyak benih muda yang sudah hadir di hadapan kita. Sudah seharusnya kita malu. Sepatutnya juga kita seperti menjadi sebuah buku berjalan. Yang akan dijadikan referensi oleh mereka para benih muda. Kita juga seharusnya malu pada semut. Badannya yang kecil tak membuat dia patah arang untuk mengais rizki yang Allah hamparkan. Dia masih mampu memikul beban yang beratnya lima puluh kali lipat dari berat badannya. Maka untuk apa lagi Allah abadikan namanya dalam surat cinta-Nya jika bukan sebagai pelajaran bagi manusia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar