Rabu, 25 Januari 2012

Melanjutkan Estafet Perjuangan

Belum separuh jalan aku lalui perjalanan ini, namun sudah aku melihat hiruk pikuk ramainya sebuah persaingan nyata. Bukan hanya persaingan untuk menjadi yang terbaik semata, jika kita pahami itu adalah sebuah persaingan gagasan. Tak pernah aku duga selama ini, aku akan terlibat di dalamnya, tapi bukan berarti tulisan ini adalah tanda penyesalan. Melainkan sebuah goresan semangat, goresan yang menceritakan tapakan kakiku selama ini. Tapakan kaki yang mempertemukan aku dengannya. Dia yang selama ini aku cari, yaitu sebuah perubahan.

Ku injakkan pertama kali kaki ini pada sebuah halaman yang luas, terbayang masa depan akan sebuah kesuksesan. Aku mimpikan diriku kan jauh lebih hebat dari sebelumnya, memuncaki sebuah tangga peradaban arena ilmu pengetahuan. Sebuah gambaran akan kegemilangan ilmu di dalamnya, karena di sanalah aku kan berkarya dan kan ku goreskan prasasti sejati. Tak sedikitpun terbesit aku kan mundur begitu saja dari arena karya. Arena yang dahulu membesarkan namaku dari bangku sekolah dasar. Ku naiki sedikit demi sedkit tangga itu, hingga ku peroleh sedikit titik puncak dari sebuah tangga emas, prasasti sejati ku peroleh di akhirnya.


Kini aku datang dalam arena sumur pengetahuan, dimana orang mengatakan, bahwa di sini engkau kan temui banyaknya ilmu, banyaknya teori, konsep, dan falsafah dari ilmu yaitu kampus. Lihatlah, goresan tebal nan megah, bertulisakan sebuah kampus peradaban yang menopang pengetahuan. Aku lihat banyak mahasiswa siap berkarya, dan dengan sikapnya yang dia tampilkan meski tak mengajak, membuat hati ini berkata "Aku kan goreskan prasasti baru di tanah ini. Titik puncak dari tangga emas kan ku raih kembali." Sungguh benar, aku mimpikan diriku kan jauh lebih hebat dari sebelumnya. Akan ku puncaki tangga emas itu dengan semangat mudaku, semangat yang telah dimiliki pahlawan pembebas negeri.

Memang tak sedikit pintu yang harus ku lalui, jalan terjal nan berkelok yang harus ku lewati, banyak jurang nan terjal yang harus ku tapaki. Tapi inilah aku, yang memiliki semangat untuk berkarya. Tak peduli kawan lamaku kan setia menemaniku, kan setia mengingatkan ku dikala tubuh t'lah lelah, yang terlintas hanyalah semangat.

Sempat aku sulit untuk memutuskan, namun inilah jalan yang harus ku ambil. Di ujung jalan ku berteriak dalam hati, "Aku harus berubah, aku harus perbaiki diriku." Dan inilah jalanku, ambisi itu hanya petaka bagiku. Dia hanya akan membuat hati terluka kala tak sampai, menangis kala yang lain lebih layak. Aku putuskan untuk meredamnya, namun mimpi itu ku gantikan dengan perjuangan tiada lelah bersama saudara-saudaraku. Bersamanya aku tunaikan titahNya, aku laksanakan sebuah tugas mulia. Menyampaikan risalah yang telah sekian abad lamanya berlangsung. Aku siapkan diri ini tuk estafet, meneruskan perjuangan para pendahulu. Dengan semangat aku dan saudara-saudaraku, bertekad menyampaikannya pada khalayak, karena inilah amanah sesungguhnya.

Kini aku sedang berada di jalanNya, siap kobarkan semangat juang membela risalah yang telah diwariskan. Aku bersama saudara-saudaraku, berlindung padanya, bersiap lanjutkan estafet perjuangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar