Selasa, 24 Januari 2012

Aku dan Kawanku "Sebuah cerita"

Siapa yang pernah menginginkan jika dirinya memiliki sebuah penyakit?
Saya rasa tidak ada satupun orang yang menginginkannya. Setiap orang ingin memiliki tubuh yang kuat, sehat, dan tidak menjadi orang yang lemah. Namun ini sudah menjadi sunatullah, mau atau tidak kita harus siap menerimanya. Pasti akan banyak hikmah dari setiap yang Allah kehendaki pada setap makhluknya. Seekor semutpun pasti tidak ingin dirinya mudah terbunuh, sehingga saat dalam kondisi bahaya dia akan berlari atau menggigit kulit individu lain. Begitu juga dengan ular, dia akan bersusah payah untuk melindungi dirinya dengan taring beracunnya atau dengan lilitan mematikannya. Mungkin jika Allah memberikan tangan dan kaki pada mereka, mereka akan menggunakannya untuk mencakar, menunju, atau bahkan menendangn lawannya. Pun makhluk atau organisme yang tidak memiliki anggota tubuh sempurna, pasti dia juga menginginkan kondisi tubuh yang sempurna. Sekali lagi, pasti akan ada hikmah dibalik yang Allah gariskan pada makhluknya.


Malam ini sekali lagi kegelisahan itu hinggap kembali dalam hati. Tak sekalipun aku menginginkan penyakit ini hinggap atau tumbuh di tubuh saya. Namun atas kuasaNya, Allah memberikannya padaku. Subhanallah.... Inilah kuasaNya yang tidak dapat kita tolak. Allah memberikanku sebuah penyakit bukan untuk menghindar dari amanah dakwah di muka bumi ini. Bukan berarti dengan penyakit ini, aku akan diam berbaring istirahat, menunggu kondisi tubuh yang akan kembali pada kondisi 0. Pun tak pernah terpikirkan dalam diriku akan menghindar dan menyerah tanpa ada prasasti yang dapatku ukir semasa kehidupan ini. Bagiku, penyakit ini adalah kawan yang senantiasa setia menemaniku. Dia dengan senang hati mengingatkanku padaNya, dengan senang hati memberikan peringatan "Rakhyan, sudah saatnya istirahat", dia sangat setia. Sampai-sampai dia relah dimusnahkan ketika aku tak sanggup menemaninya kala dia memberikan peringatan padaku. Subahanallah... Inilah hikmah yang dapat diambil dari kawan setiaku ini.

Maafkan aku jika dengan keegoisanku ini, membuat ibu dan ayah khawatir denganku. Aku memahami kekhawatiran ibu dan ayah, tapi seperti yang telahku sampaikan. "Aku tak ingin kalah oleh penyakitku ini, aku ingin mengukir prasasti yang tak terlupakan." Maafkan anakmu ini ibu-ayah, mungkin selama ini telah banyak merepotkan. Tapi sekali lagi, aku tak ingin menyerah dan kalah begitu saja oleh penyakitku. hampir 21 tahun aku hidup, belum banyak prasasti yang ku buat. Belum banyak hal yang dapat membuat engkau tersenyum bahagia, melihat prestasi yang ku buat. Tulisan ini bukan semata-mata karena aku ingin bebas berkarya, tapi sebagai pemicu semangat untuk terus hidup dan tak terbebani oleh kawanku ini. Dia selalu setia menemaniku, menunaikan titah yang diberikab Allah padanya.  Maka aku pun demikian, akan ku lakukan apapun untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan peringatan yang diberikan padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar