Minggu, 28 Juli 2013

Konsepsi Kebangkitan Islam

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An-Nur: 55)

Makkah dan Madinah adalah dua kota yang pada masa sebelum risalah Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, kehidupan bangsa Arab berada dalam kekacauan yang luar biasa. Mereka menyekutukan Allah, banyak berbuat maksiat, tidak memiliki norma, percaya kepada khurafat, dan berbagai bentuk kebobrokan moral lain. Saat itu, memang hanya satu di antara dua orang ahlul kitab yang berpegang dengan kitab yang sudah dirubah dan/atau dihapus, atau dengan agama yang punah, baik bangsa Arab atau lainnya. Sebagiannya tidak diketahui dan sebagian yang lain sudah ditinggalkan. Akibatnya, seorang yang umi hanya bisa bersemangat beribadah namun dengan apa yang ia anggap baik dan disangka memberi manfaat baik berupa bintang, berhala, kubur, benda keramat, atau yang lainnya.
Kehidupan sosial kemasyarakatan dalam kaitannya dengan hubungan lain jenis pun sangat rendah, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sampai-sampai pada salah satu cara pernikahan mereka, seorang wanita menancapkan bendera di depan rumah. Ini merupakan tanda untuk mempersilahkan bagi laki-laki siapa saja yang ingin ‘mendatanginya’. Jika sampai melahirkan, maka semua yang pernah melakukan hubungan dikumpulkan dan diundang seorang ahli nasab untuk menentukan siapa bapaknya, kemudian sang bapak harus menerimanya. Poligami saat itu juga tidak terbatas, sehingga seorang laki-laki bisa menikahi wanita sebanyak mungkin. Bahkan sudah menjadi hal yang biasa seorang anak menikahi bekas istri ayahnya dengan mahar semau laki-laki. Jika perempuan itu tidak mau, maka laki-laki itu akan memaksa wanita itu untuk menikah kecuali dengan siapa yang diizinkan olehnya. Sehingga dalam banyak hal, wanita terdzalimi. Sampai yang tidak berdosapun merasakan kedzaliman itu, yaitu bayi-bayi perempuan yang ditanam hidup-hidup karena takut miskin dan hina. Hal inilah yang membuat Umar bin Khatab menangis saat mengingat masa kejahiliyahannya dahulu dan dengan tega mengubur hidup-hidup anak perempuannya.
  
Turunnya risalah Islam kepada Rasulullah Muhammad Saw membawa perubahan besar untuk bangsa Arab khususnya Makkah dan Madinah. Bangsa Arab menjadi bangsa yang disegani karena keislamannya, tercatat dalam sejarah dua negara adikuasa saat itu seperti Romawi dan Persia mampu dikalahkan oleh Bangsa Arab saat Islam telah menjadi bagian hidup Bangsa Arab. Bahkan dalam sejarah tercatat bahwa Islam telah mampu menguasai 2/3 dunia. Namun, bagaimana kondisi umat Islam pada hari ini?

Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia ternyata belum mampu berbuat banyak seperti halnya Negara Madinah atau Makkah yang dengan Islam mampu menjadi pusat peradaban dunia. Seolah terdapat skat tebal yang membatasi Islam dengan sebuah kejayaan. Umat Islam khususnya Indonesia hari ini jauh tertinggal dengan bangsa-bangsa yang lain. Bangsa barat dengan leberal dan sekulernya ternyata telah mampu menjadi pemimpin dunia hari ini. Syekh Jamaludin Al-Afgani mengatakan bahwa melihat buruknya perikeadilan kaum muslimin ini, sebagai hijab yang amat tebal yang membentengi bangsa-bangsa barat dari Islam. ... Mereka mempertanyakan, "Apabila Al-Kitab ini (Al-Qur'an) benar-benar membawa kebaikan, mengapa para penganutnya sendiri seperti itu?"

Artinya bahwa sesungguhnya ada hal yang tidak benar yang sedang berlangsung dalam keseharian umat islam hari ini. Ada hal yang telah benar-benar berbeda anatar generasi kita dengan generasi para sahabat, tabi'in dan ulama pada waktu itu. Imam Malik pernah menyampaikan pesan menarik, "La yashluhu amru hadzihil-ummati ila bima shalahu bihi awwaluh". Umat ini tidak akan kembali jaya, kecuali dengan konsepsi lama yang telah membawanya dulu ke jenjang kejayaan.

Maka benarlah yang Allah firmankan dalam QS An-Nur ayat 55 yang telah pada paragraf awal. Bahwa kelak "Islam akan berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa". Artinya Islam pada masa sebelum ini benar-benar telah menjadi pusat peradaban dunia, sebuah peradaban yang mampu menjadi pemimpin dunia. Dan dengan kondisi Islam hari ini, kita telah dijanjikan oleh Allah akan kembali berkuasa di muka bumi ini. Tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada syarat-syarat yang harus kita penuhi terlebih dahulu, sebuah konsepsi yang akan membawa umat islam kembali meraih kejayaannya.

Pertama, senantisa memperbaiki keimanan kita dengan memahami kembali makna syahadatullah "laa ilaha illallah". Dalam Ma'alim Fithariq Saydi Qutb mengatakan bahwa kalimat ini adalah sebuah ikrar rasa cinta kita sebagai seorang hamba terhadap Tuhannya. Tidak ada Tuhan yang lebih kita cintai kecuali hanya Allah semata. Kita sebagai hamba siap dengan sepenuh hati melaksanakan kewajiaban kita pada Allah sebagai Tuhan kita tanpa ada rasa berat. "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki." (QS Ibrahim 27).

Memperbanyak tilawah adalah salah satu carai dari untuk mempteguh keimanan kita, sebagai penawar dari racun-racun kegalauan hati. Allah berfirman dalam QS Al-Israa’: 82 "Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian." Al-Qur'an turun sebagai media komunikasi Allah kepada manusia dan sekaligus sebagai sumber nilai dan tuntunan bagi kehidupan mereka. Hal ini bisa dilihat dari tema-tema Al-Qur'an yang dapat dikatakan berisi tiga ajaran pokok yang merupakan pedoman bagi kehidupan manusia, yaitu: Pertama, petunjuk akidah atau tauhid, bagaimana manusia secara tepat melihat posisi antara mereka dan Tuhannya. Kedua, petunjuk mengenai syariat dan hukum serta ibadah baik mengenai hubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia, baik ibadah maghdah maupun ghairu maghdah. Dan ketiga, petunjuk mengenai akhlak baik akhlak terhadap Allah, sesama manusia maupun dengan alam semesta.

Kedua, menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai petunjuk hidup, nafas kehidupan kita. Allag berfirman, "Bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan pertunjuk, dan (menjelaskan) perbedaan antara yang benar dengan yang salah. ..." (QS Al-Baqarah: 185). Dalam ayat ini jelas Allah mengatakan bahwa Al-Qur'an ini adalah sebagai "hudallinnas" petunjuk hidup manusia. Sehingga Al-Qur'an ini seharusnya menjadi bagian hidup kita, tidak hanya sekedar berbunyi atau asesoris di rumah atau masjid. Pun dengan sunnah, kita dapat belajar dari Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dia menjadikan Sunnah Rasulullah sebagai teladan baginya. Diriwayatkan bahwa kelak konstantinopel akan ditaklukkan oleh panglima perang terbaik, dan prajurit yang dipimpin adalah prajurit terbaik. Kualitas Muhammad Al-Fatih beserta prajuritnya tak perlu kita sanksikan lagi. Orang yang pandai dalam berbagai bidang, baik astronomi, teknik berperang, bahasa, dan secara kualitas ruhiyahnya menjadi keutamaan yang menjadikannya mampu menjadi seorang panglima terbaik. Sosok panglima yang hafidz, tak pernah meninggalkan shalat rawatibnya, qiyamullailnya, dan selalu shalat berjama'ah. Artinya bahwa, beliau secara kaffah dalam bersislam, mengamalkan secara maksimal Al-Qur'an dan sunnah rasul dan menjadikannya sebagai nafas dalam kehidupannya.

Ketiga, menjadikan Rasul, generasi sahabat, para tabi'in dan ulama sebagai teladan dalam kehidupan kita. Dalam QS Hud ayat 120, Allah berfirman "Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kedapamu (Muhammad), agar dengan kisah itu kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu segala kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman."

Kita bisa belajar dari kisah para sahabat, tentang perjuangan mereka dalam menegakkan kalimatullah dengan mengorbankan darah dan harta mereka. Hanzalah Sang 'Ghasiil Al-Malaikat, seorang sahabat yang segera merespon seruan untuk berperang, meski ia baru menikmati malam pengantin dan belum sempat mandi hadats besar. Atau Imam Syahid Hasan Al-Banna yang berangkat menunaikan tugas dakwah meskipun anaknya terbaring sakit. Beliau meyakini bahwa setelah usahanya optimal untuk mengobati putranya, Allah Swt yang diharapkan ridhaNya dalam menunaikan tugas dakwahnya, tidak pernah akan mengecewakan dirinya. Kisah-kisah inilah yang akan menambah referensi kepada kita, dan menjadi pengingat kita di saat kondisi keimanan kita sedang turun, sehingga diharapkan iman kita tidak terjun bebas.

Keempat, persatuan dan tidak bercerai-berai. Allah berfirman, "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunianya kamu menjadi bersaudara, ..." (QS Ali Imran: 103). Kita bisa melihat dampak dari persatuan bangsa Arab yang kemudian menjadikannya bangsa yang besar dan mampu memimpin dunia. Inilah urgensi dari persatuan umat, sedangkan perpecahan hanya akan membawa kita kedalam kehancuran dan kegelapan.

Kelima, mejauhi maksiat dan berbuat kebaikan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, "Perlu diketahui bahwa perbuatan dosa dan maksiat itu memiliki dampak yang buruk. ... Apa yang membuat Adam dan Hawa harus keluar dari surga? Apa yang membuat iblis dilaknat, dikutuk, dan diusir dari kerajaan langit?" Bahkan Umar bin Khatab mengatakan, bahwa dosa-dosa yang dilakukan oleh musuhlah yang menjadikan kita memperoleh kemenangan, pun dengan keutamaan kitalah kita mampu memperoleh kemenangan yang hakiki. Begitu besar dampak dari sebuah kemaksiatan ini menyebabkan Kota Baghdad pada akhirnya dapat diruntuhkan oleh pasukan Tartar. Pun Kekhalifahan Turki Utsmani yang runtuh pada tahun 1928 karena hedonisme dan kemaksiatan yang terjadi di internal pemerintahan. Umat berada dalam zona nyaman sehingga menjadi tidak waspada. Benarlah kata Allah dalam QS Ali Imran ayat 200 "Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu), dan bertkwalah kepada Allah agar kamu beruntung". Dalam ayat ini orang yang beriman pun masih diminta untuk bersabar dan setelah bersabar, kita masih diminta untuk meningkatkan kesabaran dan senantiasa untuk bersiap-siaga tanpa lengah sedikitpun dengan gelimang harta atau kemenangan yang kita raih. Pantaslah Allah menyuruh Nabi Muhammad dalam QS An-Nasr saat penaklukan kota Makkah untuk beristighfar. Kita diminta oleh Allah untuk senantiasa mengingat Allah, bahwa apa yang ada dalam genggaman kita ini sejatinya adalah titipan Allah yang patut kita jaga.

Tak boleh sedetikpun kita lalai atau mengendurkan kesiap-siagaan kita, karena musuh senantiasa mengintai. Musuh di sini tidak hanya manusia, melainkan juga syetan yang kita tidak pernah tahu kapan dan di mana dia akan menggoda kita, mempersiapkan kita sebagai landasannya di neraka Allah.


Maka seharusnya Islam dan dalam konteks Indonesia yang memiliki mayoritas populasi muslim terbesar di dunia seharsunya mampu menjadi kunci dari kemenangan Islam. Islam telah dijanjikan oleh Allah akan kembali berjaya, namun sekali lagi kita harus mengingat bahwa kemenangan Islam akan kita raih ketika kita mampu melaksanakan konsepsi yang pernah membawa Islam pada masa kejayaannya. Syekh Muhammad Abduh mengatakan, "Kaum masehi maju karena mereka meninggalkan agama mereka, sedangkan kaum muslimin mundur karena meninggalkan agama mereka". Artinya kita harus kembali pada konsepsi Islam yang telah membawanya pada kejayaan.

wallahu a'lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar