Minggu, 17 Februari 2013

TPA KAMMI


Pendahuluan
Sepertinya Indonesia ke depan akan sulit menemukan figur-figur pemimpin dan tauladan jika kasus-kasus yang sedang terjadi sekarang tidak diselesaikan dari akarnya. Lihat saja di televisi atau di semua media massa yang ada, isinya penuh dengan kasus korupsi. Bahkan baru-baru ini berita hangat yang sedang menghiasi kolom utama di beberapa koran nasional adalah kasus narkoba yang menjerat beberapa artis ternama. Masalah utamanya tentu saja berawal dari sejak seseorang itu mulai mengenal dunia lewat rahim seorang ibu. Dia mulai mendengar dan mengenali suara orang taunya terutama ibunya. Hingga dia terlahir di dunia dan memperoleh pendidikan awal dari kedua orang tuanya. Namun bisa jadi permasalahan ini juga disebabkan karena pergaulan di lingkungan masyarakat yang sudah sejak lama terkontaminasi tanpa ada anti virus yang membekalinya. Tentunya banyak hal, sehingga kedepan kita akan mulai sedikit membahas bagimana menciptakan anti virus ini sejak dini, agar si anak ke depan akan dapat memproteksi segala virus yang sedang menjangkiti di lingkungan masyarakat secara otomatis.
Bebarpa hal penting yang akan kita bicarakan ini berupa masalah yang sekarang menjangkiti Indonesia, yaitu krisis pemimpin. Dari krisis ini akan berefek pada krisis tauladan. Kita kenal Muhammad Al Fatih atau nama aslinya Muhammad Khan bin Murad. Sedari kecil ia telah dibesarkan dengan dikelilingi oleh banyak ulama ternama. Kita kenal salah seorang di antaranya adalah Ustad Samsudin, beliau juga yang turut menyertai proses penaklukan Konstantinopel. Dalam buku Ustad Felix Y Siauw, disana dijelaskan bagaimana kehidupan masa kecil Muhammad Al-Fatih yang dihiasi dengan ilmu pengetahuan yang luas. Bahkan sedari kecil sudah mengahafal Al-Qur’an. Meski bergelimang dengan harta dan kekuasaan yang dimiliki ayahnya, tetapi pendidikan menjadi modal utama untuk membesarkannya. Maka kita kenal Muhammad Al-Fatih adalah seseorang yang ahli dalam banyak bidang diantaranya  bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Bahkan jika dilaskan pula mengenai dalam proses penaklukan Konstatinopel, beliau menerapkan beberapa kepakaran ilmu seperti astronomi misalnya, memindahkan 70 kapal perang Selat Bosphorus menuju Selat Tanduk melalui Pegunungan Galata dalam waktu satu malam. Ilmu fisika, dia terapkan pada meriam-meriamnya yang dia pasang di kapal-kapalnya, dengan memperhatikan sudut tembak agar tingkat kerusakan yang ditimbulkan akan lebih besar. Tentu hal ini tak lepas dari pribadinya yang dari dini telah dicetak dan tentunya ustad-ustad yang mendidiknya pula yang telah membangkitkan semangat thalabul ‘ilminya. Beliau merasa dirinya sebagai orang yang ada dalam basyirah Nabi Muhammad Saw, sebagai sang penakluk konstatinopel.
Berawal dari sinilah perlu kiranya pendidikan pemimpin mulai dari kecil. Mencetak pemimpin sejak dini dan kita mulai dari sebuah TPA. Mencetak pemimpin tidaklah instan, butuh proses panjang agar dia menjadi pemimpin yang matang. Dimulai dari saat usianya masih anak-anak seprti halnya Muhammad Al-Fatih yang menjadi semakin matang ketika beliau diangkat sebagai sultan menggantikan ayahnya.

Pembahasan
Mencetak pemimpin sejak dini yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pendidikan bagi anak-anak yang ada di TPA. Tidak semua anak-anak usia 2-10 tahun menikmati pendidikan ini. Usia anak-anak ini sangatlah potensial untuk dapat diberikan stimulus yang kelak dapat memberikan anti virus bagi dirinya. Menurut Hurlock dalam perkembangan peserta didik karangan Rita Eka Izzaty, dkk., awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan tertentu, hal ini karena:
1.      Anak-anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas sampai terampil
2.      Anak-anak bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat rasa takut kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti oleh anak-anak yang lebih besar
Misalnya saja Dusun Secang di Kulonprogo yang masjid saja sepi dari adzan. Banyak anak-anak di sana memiliki semangat untuk belajar Al-Qur’an, namun karena tidak ada yang mengajari, sehingga mereka hanya bermain bola di sekitar pelataran masjid. Kegiatan TPA baru akan dimulai ketika pengajarnya datang sekitar pukul 15.00 tepat ketika waktu ashar tiba atau bahkan kadang-kadang dia tak bisa datang karena benturan agenda. Ketika guru TPA tidak datang, maka liburlah kegiatan TPA di sana.
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, jika hanya mengandalkan sekolah formal saja, itu masih jauh dari kurang. Karena mereka juga mengeluhkan kurangnya pendidikan agama Islam. Pendidikan agam sangatlah penting karena dengan agamalah seorang manusia mengenal peradaban. Mengutip dari Manhaj Haraki jili 1 tentang pada karakteristik keenam tentang Al-Qur’an sumber penerimaan. Dijelaskan tentang begaimana para sahabat di awal dakwah Islam yang terjadi di Darul Arqom menerima ayat-ayat Al-Qur’an.
“Manakala setiap muslim telah mendapatkan bekal bebrapa ayat dari Al-Qur’an , Jibril turun kembali membawa ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam hati Muhammad Saw. Ayat-ayat ini cukup untuk mengkader dan melahirkan generasi-generasi Qur’an yang unik. Genrasi ini tidak menerima pelajaran selain dari wahyu Al-Qur’an atau hadis Rasul Saw. Namun, wahyu ini telah sanggup merontokkan segala kotoran, ideologi, dan nilai-nilai jahiliah yang melekat di dada mereka, digantikan oleh nilai-nilai baru yang datang dari Allah, Penguasa alam semesta.”
Kita dapat mengambil pelajaran berharga dari bab ini, bahwa pendidikan Al-Qur’an yang kontinu ini akan dapat membentuk sebuah generasi-generasi unik yang terbebas dari segala macam virus yang menjangkit. Secara otomatis anti virus itu akan aktif manakala ada virus yang hendak menyerang dan merusak masyarakat.
Masyarakat pedesaan seperti Dusun Secang ini sangatlah rawan terkena virus-virus ini. Sehingga merubah kondisi msyarakat sesungguhnya dapat dimulai dari anak-anak yang kelak akan menjadi generasi Qur’an yang akan turut merubah keluarga dan masyarakat sekitarnya untuk menjadi masyarakat Qur’an.
Proyek ini adalah proyek jangka panjang yang dapat kita mulai dari sekarang. Seperti halnya Muhammad Al-Fatih yang dia dicetak bukan saat dia menjadi seorang sultan, melainkan dia telah jauh lama dicetak untuk kelak menjadi seorang pemimpin. Orang yang menguasai banyak disiplin ilmu namun tidak parsial. Orang yang dari kecil sudah mulai menghafal Al-Qur’an dan orang yang dari sejak balighnya tidak pernah luput dari shalat malamnya, dari shalat rawatibnya, dan tak pernah masbuk untuk shalat jama’ahnya. Sosok seperti ini adalah sosok yang sangat langka di zaman sekarang ini, bahkan mungkin bagi kalangan aktifis dakwah kampus. Jika Ustad Samsudin telah turut andil dalam proses percetakan sang penakluk Konstatinopel sebagai basyirah Nabi Muhammad Saw, maka siapakah kelak yanga akan menaklukkan Roma? Tentu banyak hikmah yang seharusnya memberikan motivasi seperti yang terjadi pada diri Muhammad Al-Fatih. Dia termotivasi sebagai orang yang ada dalam basyirah Nabi Muhammad.

Penutup
Mencetak pemimpin yang akan menjadi tauladan bagi masyarakatnya bahkan manusia setelah zamannya tidaklah instan. Butuh proses yang panjang dan memulainya dari sekarang adalah langkah tepat yang harus diambil. Genrasi Qur’an yang unik pada diri para sahabat dapat menjadi salah satu inspirasi menarik yang dapat kita ambil ibrohnya. Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak di Dusun Secang dapat menjadi salah satu proyek yang dapat digarap oleh kita saat ini. Mengutip kata-kata Ali bin Abi Thalib “Memulai pekerjaan adalah sunah, sedangkan memeliharanya adalah wajib.” Maka memilai mendidikanya melalui TPA yang ada di Dusun Secang adalah sunah, namun mememilaharnya adalah hal yang wajib, karena itu bagian proyek jangka panjang untuk dapat mencetak seorang pemimpin. Pemimpin yang kelak akan menjadi taulan melebihi usianya.
  

Sumber:
Muhammad Al-Ghadban, Munir. 2009. Manhaj Haraki: Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi Saw. Jakarta: Rabbani Press

Felix Y. Siauw. 2012. Muhammad Al-Fatih 1453. Khilafah Press

Rita Eka Izzaty, dkk., 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Anonimus. 2012. Bedah Buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y Siauw: Menginspirasi Ratusan Jamaah. http://www.tafaqquhstreaming.com/bedah-buku-muhammad-al-fatih-1453-karya-felix-y-siauw-menginspirasi-ratusan-jamaah/. Diakses pada 30 Januari 2013 pukul 08.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar