Pendahuluan
Sepertinya Indonesia ke
depan akan sulit menemukan figur-figur pemimpin dan tauladan jika kasus-kasus
yang sedang terjadi sekarang tidak diselesaikan dari akarnya. Lihat saja di televisi
atau di semua media massa yang ada, isinya penuh dengan kasus korupsi. Bahkan
baru-baru ini berita hangat yang sedang menghiasi kolom utama di beberapa koran
nasional adalah kasus narkoba yang menjerat beberapa artis ternama. Masalah
utamanya tentu saja berawal dari sejak seseorang itu mulai mengenal dunia lewat
rahim seorang ibu. Dia mulai mendengar dan mengenali suara orang taunya
terutama ibunya. Hingga dia terlahir di dunia dan memperoleh pendidikan awal
dari kedua orang tuanya. Namun bisa jadi permasalahan ini juga disebabkan
karena pergaulan di lingkungan masyarakat yang sudah sejak lama terkontaminasi
tanpa ada anti virus yang membekalinya. Tentunya banyak hal, sehingga kedepan
kita akan mulai sedikit membahas bagimana menciptakan anti virus ini sejak
dini, agar si anak ke depan akan dapat memproteksi segala virus yang sedang
menjangkiti di lingkungan masyarakat secara otomatis.
Bebarpa hal penting
yang akan kita bicarakan ini berupa masalah yang sekarang menjangkiti
Indonesia, yaitu krisis pemimpin. Dari krisis ini akan berefek pada krisis
tauladan. Kita kenal Muhammad Al Fatih atau nama aslinya Muhammad Khan bin
Murad. Sedari kecil ia telah dibesarkan dengan dikelilingi oleh banyak ulama
ternama. Kita kenal salah seorang di antaranya adalah Ustad Samsudin, beliau
juga yang turut menyertai proses penaklukan Konstantinopel. Dalam buku Ustad Felix Y Siauw, disana dijelaskan
bagaimana kehidupan masa kecil Muhammad Al-Fatih yang dihiasi dengan ilmu
pengetahuan yang luas. Bahkan sedari kecil sudah mengahafal Al-Qur’an. Meski
bergelimang dengan harta dan kekuasaan yang dimiliki ayahnya, tetapi pendidikan
menjadi modal utama untuk membesarkannya. Maka kita kenal Muhammad Al-Fatih
adalah seseorang yang ahli dalam banyak bidang diantaranya bidang
ketentaraan, sains,
matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Bahkan jika dilaskan
pula mengenai dalam proses penaklukan Konstatinopel, beliau menerapkan beberapa
kepakaran ilmu seperti astronomi misalnya, memindahkan 70 kapal perang Selat Bosphorus menuju Selat
Tanduk melalui Pegunungan Galata dalam waktu satu malam. Ilmu fisika, dia terapkan pada meriam-meriamnya
yang dia pasang di kapal-kapalnya, dengan memperhatikan sudut tembak agar
tingkat kerusakan yang ditimbulkan akan lebih besar. Tentu hal ini tak lepas
dari pribadinya yang dari dini telah dicetak dan tentunya ustad-ustad yang
mendidiknya pula yang telah membangkitkan semangat thalabul ‘ilminya. Beliau
merasa dirinya sebagai orang yang ada dalam basyirah Nabi Muhammad Saw, sebagai
sang penakluk konstatinopel.
Berawal dari sinilah
perlu kiranya pendidikan pemimpin mulai dari kecil. Mencetak pemimpin sejak
dini dan kita mulai dari sebuah TPA. Mencetak pemimpin tidaklah instan, butuh
proses panjang agar dia menjadi pemimpin yang matang. Dimulai dari saat usianya
masih anak-anak seprti halnya Muhammad Al-Fatih yang menjadi semakin matang
ketika beliau diangkat sebagai sultan menggantikan ayahnya.
Pembahasan
Mencetak pemimpin sejak
dini yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pendidikan bagi anak-anak yang ada
di TPA. Tidak semua anak-anak usia 2-10 tahun menikmati pendidikan ini. Usia
anak-anak ini sangatlah potensial untuk dapat diberikan stimulus yang kelak
dapat memberikan anti virus bagi dirinya. Menurut Hurlock dalam perkembangan
peserta didik karangan Rita Eka Izzaty, dkk., awal masa kanak-kanak merupakan
masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan tertentu, hal ini karena:
1. Anak-anak
senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau mengulang suatu
aktivitas sampai terampil
2. Anak-anak
bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat rasa takut kalau mengalami sakit
atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti oleh anak-anak yang lebih besar
Misalnya saja Dusun
Secang di Kulonprogo yang masjid saja sepi dari adzan. Banyak anak-anak di sana
memiliki semangat untuk belajar Al-Qur’an, namun karena tidak ada yang
mengajari, sehingga mereka hanya bermain bola di sekitar pelataran masjid.
Kegiatan TPA baru akan dimulai ketika pengajarnya datang sekitar pukul 15.00
tepat ketika waktu ashar tiba atau bahkan kadang-kadang dia tak bisa datang
karena benturan agenda. Ketika guru TPA tidak datang, maka liburlah kegiatan
TPA di sana.
Setiap anak berhak
mendapatkan pendidikan yang layak, jika hanya mengandalkan sekolah formal saja,
itu masih jauh dari kurang. Karena mereka juga mengeluhkan kurangnya pendidikan
agama Islam. Pendidikan agam sangatlah penting karena dengan agamalah seorang
manusia mengenal peradaban. Mengutip dari Manhaj Haraki jili 1 tentang pada
karakteristik keenam tentang Al-Qur’an sumber penerimaan. Dijelaskan tentang
begaimana para sahabat di awal dakwah Islam yang terjadi di Darul Arqom
menerima ayat-ayat Al-Qur’an.
“Manakala setiap muslim telah mendapatkan
bekal bebrapa ayat dari Al-Qur’an , Jibril turun kembali membawa ayat-ayat
Al-Qur’an ke dalam hati Muhammad Saw. Ayat-ayat ini cukup untuk mengkader dan
melahirkan generasi-generasi Qur’an yang unik. Genrasi ini tidak menerima
pelajaran selain dari wahyu Al-Qur’an atau hadis Rasul Saw. Namun, wahyu ini
telah sanggup merontokkan segala kotoran, ideologi, dan nilai-nilai jahiliah
yang melekat di dada mereka, digantikan oleh nilai-nilai baru yang datang dari
Allah, Penguasa alam semesta.”
Kita dapat mengambil
pelajaran berharga dari bab ini, bahwa pendidikan Al-Qur’an yang kontinu ini
akan dapat membentuk sebuah generasi-generasi unik yang terbebas dari segala
macam virus yang menjangkit. Secara otomatis anti virus itu akan aktif manakala
ada virus yang hendak menyerang dan merusak masyarakat.
Masyarakat pedesaan
seperti Dusun Secang ini sangatlah rawan terkena virus-virus ini. Sehingga
merubah kondisi msyarakat sesungguhnya dapat dimulai dari anak-anak yang kelak
akan menjadi generasi Qur’an yang akan turut merubah keluarga dan masyarakat
sekitarnya untuk menjadi masyarakat Qur’an.
Proyek ini adalah
proyek jangka panjang yang dapat kita mulai dari sekarang. Seperti halnya
Muhammad Al-Fatih yang dia dicetak bukan saat dia menjadi seorang sultan,
melainkan dia telah jauh lama dicetak untuk kelak menjadi seorang pemimpin.
Orang yang menguasai banyak disiplin ilmu namun tidak parsial. Orang yang dari
kecil sudah mulai menghafal Al-Qur’an dan orang yang dari sejak balighnya tidak
pernah luput dari shalat malamnya, dari shalat rawatibnya, dan tak pernah
masbuk untuk shalat jama’ahnya. Sosok seperti ini adalah sosok yang sangat
langka di zaman sekarang ini, bahkan mungkin bagi kalangan aktifis dakwah
kampus. Jika Ustad Samsudin telah turut andil dalam proses percetakan sang
penakluk Konstatinopel sebagai basyirah Nabi Muhammad Saw, maka siapakah kelak
yanga akan menaklukkan Roma? Tentu banyak hikmah yang seharusnya memberikan
motivasi seperti yang terjadi pada diri Muhammad Al-Fatih. Dia termotivasi
sebagai orang yang ada dalam basyirah Nabi Muhammad.
Penutup
Mencetak pemimpin yang
akan menjadi tauladan bagi masyarakatnya bahkan manusia setelah zamannya
tidaklah instan. Butuh proses yang panjang dan memulainya dari sekarang adalah
langkah tepat yang harus diambil. Genrasi Qur’an yang unik pada diri para
sahabat dapat menjadi salah satu inspirasi menarik yang dapat kita ambil
ibrohnya. Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak di Dusun Secang dapat menjadi
salah satu proyek yang dapat digarap oleh kita saat ini. Mengutip kata-kata Ali
bin Abi Thalib “Memulai pekerjaan adalah
sunah, sedangkan memeliharanya adalah wajib.” Maka memilai mendidikanya
melalui TPA yang ada di Dusun Secang adalah sunah, namun mememilaharnya adalah
hal yang wajib, karena itu bagian proyek jangka panjang untuk dapat mencetak
seorang pemimpin. Pemimpin yang kelak akan menjadi taulan melebihi usianya.
Sumber:
Muhammad Al-Ghadban, Munir. 2009. Manhaj Haraki: Strategi Pergerakan dan
Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi Saw. Jakarta: Rabbani Press
Felix Y. Siauw.
2012. Muhammad Al-Fatih 1453. Khilafah
Press
Rita Eka Izzaty, dkk., 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press
Anonimus. 2012. Bedah Buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y Siauw:
Menginspirasi Ratusan Jamaah. http://www.tafaqquhstreaming.com/bedah-buku-muhammad-al-fatih-1453-karya-felix-y-siauw-menginspirasi-ratusan-jamaah/.
Diakses pada 30 Januari 2013 pukul 08.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar