Cerita itu
berawal di ruang sebesar 3x7m, sekretariat
UKMF Jm Al-Ishlah. Cerita yang tak pernah saya harapkan sebelumnya. Karena
sejak dahulu saya bukanlah orang yang hidup di sebuah organisasi yang diisi
orang-orang lembut dan sholeh-sholeh.
Bertemu dengan
mereka membuat saya merasa malu dan menjadi berfikir ulang untuk mendaftar
sebagai pengurus Al-Ishlah. Apalagi dulu sempat ramai isu teroris dan aliran-aliran
aneh yang beredar di yogyakarta. Begitu pula saat saya mengenal Al-Ishlah
pertama kali, saya kira itu adalah agama atau aliran yang aneh. Saya takut dan
merasa tidak begitu suka dengan Al-Ishlah. Sampai akhirnya saya mengenalnya
dalam sebuah acara yang bagi saya itu adalah awal perkenalan saya dengan mereka
“UKMF Jm Al-Ishlah”, agenda khusus mahasiswa PMB PBU. Kebetulan saya masuk UNY
lewat jalur prestasi. Di sana saya bertemu
dengan seorang kakak tingkat yang membuat saya kagum sampai detik ini. Apalagi
saat beliau membacakan tilawah QS Ar-Rahman. Surat faforit saya, surat yang
membuat saya merasa merinding. Tak hanya itu, di sana juga awal saya bertemu
dengan orang yang “membesarkan” saya sampai bisa sekrang ini, tentunya beliau
juga adalah orang yang saya kagumi.