Pagi itu, tepat pukul 06.05 WIB aku putuskan untuk jalan-jalan
sejenak. Menikmati keindahan alam sebuah dusun yang menjadi agenda bakti
sosial salah satu organisasi kerohanian islam di kampsuku. Separuh
jalan menapaki jalanan corcoran semen, teringan dua tahun silam saat aku
dan sauadara-saudaraku melakukan agenda yang sama di sini. Teringat
saat kita bersama-sama membersihkan jalanan dusun, membuka pasar murah
untuk warga dusun, mengajar adik-adik TPA Al-Muttaqin, dan mengadakan
pengajian akbar di dusun ini. Semuanya terasa seperti kembali ke masa
lalu.Sembari menyusuri jalanan ini, aku membayangkan
indahnya masa dulu. Kebersamaan yang begitu hangat, kebersamaan yang tak
terlupakan. Kemudian, sejenak aku berhenti di sebuah tebing. Memandangi
bukit-bukit, jalan-jalan yang nampak kecil, hamparan embun pagi yang
menyelimuti tiap pohon yang bertengger di sejauh mata memandang, langit
dan awan pagi itu. Mereka begitu padu, hingga memikat mata ini tak jemu
memandangnya
Senin, 09 Juli 2012
Senin, 02 Juli 2012
Si Kepala Kotak
Hari ini saya tergelitik dengan sebuah update status dan tulisan
beberapa orang yang muncul di beranda saya. Serasa kembali pada
masa-masa saat aku tidak menjadi orang yang saat ini. Perubahan drastis
ini juga yang membuat sahabat-sahabat di masa SMP/A ku menjadi heran.
Perubahan ini bagi ku sebuah pilihan dan semoga ini adalah pilihan yang
Allah gariskan untukku.
Berawal dari sebuah update status yang menggambarkan kefanatikan. Dia seolah menganggap dirinya itu sedang menjadi orang yang netral dan sebaliknya, dia sedang menganggap orang lain fanatik. "Ngapain sih so suci gitu?" atau "Merokok kan hak gue, ngapain lo ngelarang-ngelarang. Dasar fanatik..." Yah banyak lagi lainnya. Coba kita cerna baik-baik, bukankah kalimat-kalimat itu juga menunjukkan kefanatikan diri mereka sendiri?
Berawal dari sebuah update status yang menggambarkan kefanatikan. Dia seolah menganggap dirinya itu sedang menjadi orang yang netral dan sebaliknya, dia sedang menganggap orang lain fanatik. "Ngapain sih so suci gitu?" atau "Merokok kan hak gue, ngapain lo ngelarang-ngelarang. Dasar fanatik..." Yah banyak lagi lainnya. Coba kita cerna baik-baik, bukankah kalimat-kalimat itu juga menunjukkan kefanatikan diri mereka sendiri?
Langganan:
Postingan (Atom)