Sangat kontradiktif rasanya!
Ada pertanyaan yang diajukan
padaku saat menjalani proses seleksi DM3 lalu. “Apa yang memotivasi anda untuk
mengikuti DM3?” Yang aku ingat saat itu, sepertinya jawabanku tidak menjawab
pertanyaan itu.
“Sebelumnya saya mau bicara
jujur. Jujur sebenarnya saya sangat berminat untuk mengikuti DM3. Tapi ada hal
yang menjadikan keberminatanku iyu luntur dan akhirnya membuatku harus
mengurungkan niat itu. Persoalan akademik yang sampai hari ini terbengkalai! (Dalam
hati berkata, aku serasa amat tak bertanggung jawab. Padahal ini adalah amanah
dari ibu dan bapak). Meski padaakhirnya karena dorongan beberapa orang,
akhirnya aku memberanikan diri untuk mendaftar dan mengikuti prosesnya.”
Kira-kira sebuah jawaban yang
sedikit menggambarkan bagaimana gejolak hati yang merasa amat tak seimbang
dengan aktivitasku. Benar saja. DM3 yang aku ikuti ternyata banyak mengulas
tentang persoalan yang ada di Indonesia dan hal pertama dan utama yang
dibicarakan berulang-ulang adalah tentang perbaikan diri. Aku berontak
berkali-kali di dalam hati. “Ada hal yang belum selesai pada dirimu, Rakhyan”. Mungkin
akhirnya dalih pengorbanan menjadi andalan untuk berkilah. Membenarkan segala
kemalasan yang membuat semuanya jadi tak seimbang.
Begitu aktif rasanya jasad ini
mondar-mandir menghadiri berbagai macam acara. Baik sebagai pembicara ataupun
peserta. Tapi persoalan pribadi terabaikan bahkan kadang terlupakan. Mungkin beberapa
kawan yang pernah berkunjung ke kamar kosku dulu bias mengamini, seberapa besar
rasa malas orang ini. Amat berantakan! Tidak mencerminkan sebagai orang yang
dikatakan aktivis.
Belum lagi kadang saat
menjalankan amanah, kadang masih setengah hati. Bagaimana mungkin Allah
memberikan keberkahan jika aktivisnya justru menghijabnya dengan kemalasan. Mungkin benar kata-kata bijak ini, "Al-Islam mahjubun bil muslimin"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar