Selasa, 14 Juli 2015

Mudik; Tentang Rindu yang Ku Rindui Kehadirannya

Edisi telat mudik lebaran | Maaf pak, maaf bu, maafkan semua

Yap... Bahagia itu sederhana.

Meski hari masih gelap dan mentari sedang jalan-jalan di belahan bumi yang lain. Hati tetap bahagia. Ada jarak yang akan segera ku lipat. Bukan lagi hanya dengan doa, tapi ada sebuah laku yang akan segera terealisasi.

Pulang!

Entah, apa mereka merasakan rindu atau tidak. Yang pasti, hati ini sedang aku paksa untuk merasakannya. Seseorang pernah berkata kepada ku. "Sikap mu yang demikian itu sesungguhnya adalah cinta. Karena kamu iri saat mendengar teman-teman mu merasakan rindu kepada orang-orang yang kamu sebut mereka. Dan kamu, ada rindu yang sangat kamu rindui kehadirannya untuk mereka bukan? Sesungguhnya itu adalah cinta mu untuk mereka, rindu mu untuk mereka".

"Mungkin", ujar ku dalam hati. Mungkin benar apa yang kamu sampaikan. Aku hanya terlalu naif dan sungkan mengakuinya. Apakah itu salah satu sifat lelaki?

Setidaknya aku harus menghadirkannya, sekalipun aku tidak merasakannya. Aku hanya terlalu sungkan mengakuinya. Aku hanya terlalu sungkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar